Sederet kasus korupsi di negeri ini pelakunya adalah kader-kader partai politik. Sebagaimana kasus-kasus yang menimpa banyak politisi, keadaan ini menunjukkan bahwa keberadaan partai politik sebagai syarat dari demokrasi perlu diragukan. Keraguan ini bukan berati untuk menghilangkan partai politik dari lingkungan Demokrasi, melainkan mempertanyakan partai politik itu sendiri terkait peran dan sumbangsihnya terhadap demokrasi.
Syarat melakukan demokratisasi secara subtantif bukan berarti partai menjadi keharusan ada. Kadangkala masyarakat terjebak dalam berbagai euforia normatif. Partai yang salah satunya meberikan pendidikan politik terhadap masyarakat, hari ini menjadi sangat berlawanan karena kedudukan partai sudah tidak lazim lagi. Jika partai sebagai pendidikan hanyalah sebatas kampanye untuk memperoleh suara maka secara tidak langsung masyarakat kehilangan daya kritis terutama dalam memilah pemimpin yang lahir dari kader partai.
Pragmatisme itulah yang menjadi jalan menikung sebagai kebanar tunggal partai politik. sekali lagi, bukan ideologi partai yang dikedepankan untuk menarik perhatian masyarakat, melainkan sejauh mana ke[entingan partai harus dicapai. Penting kiranya ideologi partai yang didalamnya terdapat pendidikan politik harus diseimbangkan dengan kegiatan-kegiatan transpormatif yang berkaitan dengan kegiatan sosial.
Pada akhirnya kita akan mempertanyakan sejauh mana partai tersebut menjalankan ideologi partai atau malah adakah ideolgi di dalam partai? Jika dalam tulisan Kompas/09/092013 dijelaskan bahwa partai tidak melahirkan tokoh , tapi tokoh yang melahirkan partai, ini menjadi indikasi awal bahwa proses pembetukan ideologi partai adalah belakangan, dan yang paling penting adalah meloloskan satu tokoh. Sehingga yang terjadi adalah ideologi menjadi satu telur yang lahir dari satu tokoh bukan kesepakatan kolektif partai.
Kita bisa melihat akhir-akhir ini dari hasil survey penurunan kepercayaan masyarakat terhadap partai politik. Bukan tanpa sebab penurunan kepercayaan masyarakat terhadap partai politik terjadi, melainkan ada sebab-sebab atau faktor yang dilakukan banyak partai, dalam hal ini kader partai, yang menciderai amanah rakyat. Dan menjadi konsekuensi logis masyarakat sudah muak dengan partai ploitik.
Di momen 2014 banyak sekali partai melakukan agenda-agenda dalam menarik dan menaikkan elektabilitas partai. Sebesar Partai Demokrat, juga kewalahan dalam mencari capres, sehingga yang dilakukannya adalah melakukan konvensi untuk menggaet banyak kader. Partai demokrat yang sudah sempoyongan berjalan karena kasus korupsi merupakan tanda awal bagaimana jika yang didahulukan partai bukanlah ideogi melainkan berapa persen kursi senayan yang harus dicapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H