Mohon tunggu...
Oky Yudi firmansyah
Oky Yudi firmansyah Mohon Tunggu... Jurnalis - BERSAYAP MENEMBUS AWAN JINGGA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

JURNALIS INDEPENDEN

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dia yang Sahid dengan 28 Peluru

22 April 2022   14:19 Diperbarui: 22 April 2022   14:21 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 21 APRIL 1949 

Ia bernama Raharti, seorang pengagum Kartini. Apa yang telah Raharti lakukan terhadap negeri ini, adalah sangat layak disebut seorang pejuang bahkan seorang pahlawan meskipun kita yang hidup sekarang tak mengenalnya. 

Suaminya seorang tentara dengan pangkat letnan dua di masa revolusi. Raharti turut berjuang langsung sebagai penghubung para pejuang di kota di medan pertempuran.

Ia berperan sebagai pemasok makanan untuk para pejuang di garis depan dengan berpura-pura sebagai wanita desa membawa bahan pangan seperti jagung, ketela beras dan lainnya. 

Seiring waktu pasukan Belanda mencium gerak geriknya. Tepat di tanggal 21 April 1949 ketika ia sedang melaksanakan Shalat Isya, datang satu peleton serdadu Belanda menggeladah rumahnya. Ketika pintu rumahnya didobrak, timbul niat jahat komandan Belanda untuk melakukan tindak senonoh. Raharti merota-ronta sekuat tenaga  namun tak ada seorangpun yang menolong. Raharti berhasil lepas dari keberingasan  kemudian berusaha lari ke luar. Namun dari luar pintu sudah menghadang sejumlah laras senjata diarahkan kepadanya dan tidak ada jalan untuk lolos malam itu.

Akhirnya iapun dibawa pasukan tersebut guna  diinterogasi tentang informasi pasukan gerilya Indonesia terutama tempat persembunyian mereka. Karena Raharti terus membungkam mulutnya membuat pasukan Belanda murka dan akhirnya serentetan peluru menembus tubuhnya. Ia mengucapkan  ''Allohuakbar'' sebelum roboh ke tanah berlumuran darah. Tak lama ia mendapat pertolongan, beruntung tubuhnya yang ditembus 28 butir peluru nyawanya masih dapat terselamatkan kecuali kakinya. 

Tahun 1957 Raharti dipanggil Sang Pencipta. Kuburannya hanya berselang beberapa meter saja dari Makam  Panglima Besar Jendral Sudirman. Pada tanggal 10 November 1961, di hari Pahlawan mendiang Presiden Soekarno menghadiahkan Bintang Gerilya untuk Raharti seorang Kartini yang gagah berani.

Sumber : Mutiara, 2-01-1985. Koleksi Surat Kabar Langka Salemba-Perpustakaan Nasional RI (SKALA-Team)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun