Mohon tunggu...
oki kapau
oki kapau Mohon Tunggu... -

manusia yang ingin selalu berbagi informasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pancasila Jangan Sekedar Kata-kata

29 September 2010   02:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:53 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PANCASILA JANGAN SEKEDAR KATA-KATA

Oleh : Oki mahendra

Mahasiswa Semester VIII

Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau

Alamat: Perumahan Taman Cipta City, Blok A5 No 4,

JL. Cipta Karya Ujung. No HP 085265551407

Jika kita merujuk pada sejarah, bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang mulai dari zaman kerajaan sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia.Dengan melalui proses perjalanan yang cukup panjang tersebut maka bangsa Indonesia memperoleh Kemerdekaan serta menemukan jati dirinya melalui lima prinsip yang cukup sederhana namun memiliki nilai dan makna yang cukup kaya yaitu Pancasila. Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkanoleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia dikarenakan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia itu sendiri jadi dapat kita katakan bahwa Pancasila merupakan jati diri bangsa Indonesia, oleh karena itu maka sudah semestinyalah kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai Pancasila tersebut.

Sewaktu kita belajar di sekolah tentang perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, betapa bangga dan terharunya kita membayangkan semangat para pahlawan tersebut, dengan bersenjatakan bambu runcing dan semangat kebersamaanyang luar biasa akhirnya mereka mampu menghadiahkan kemerdekaan kepada ibu pertiwi. Tergambar oleh kita betapa bangganya ibu pertiwi yang pada saat itu telah melahirkan anak-anak bangsa yang telah berbakti kepadanya.mungkin pada saat itu ibu pertiwi juga menangis menyaksikan perjuangan serta pengorbanan anak-anak bangsa dengan semangat pantang menyerah dan rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi berhasil menghadiahinya sebuah kemerdekaan.

Pada pelajaran sejarah tentang perjuangan anak bangsa tersebut, kita diperkenalkan dengan tokoh para pahlawan bangsa yang di jadikan suritauladan yang baik yang bisa bertindak sebagai pemersatu pada zaman tersebut. Mungkin jauh dari bayangan mereka harapan sebuah kursi jabatan dan mengumpulkan kekayaan pribadi yang ingin mereka raih dari perjuangan yang mereka lakukan. Dengan segala kelebihan yang diberikan Allah SWT kepada mereka, dengan satu tujuan mereka gunakan hanya untuk mempersatukan tekad dan semangat semua rakyat Indonesia untuk berjuang meraih kemerdekaan demi ibu pertiwi, walau nyawa sekalipun taruhannya.

Namun sekarang cerita tentang perjuangan para pahlawan tersebut hanya tinggal sebatas catatan sejarah saja. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebuah amanah yang mereka tinggalkan bagi kita semua sekarang hanya sebatas pembasah bibir sewaktu upacara bendera saja. Begitu juga dengan burung garuda yang sayapnya terbentang lebar dengan mencengkeram kuat sebuah semboyan Bhineka Tunggal Eka, dan di dadanya terpampang 5 simbol dari Pancasila, namun sekarang kegagahan burung garuda tersebut gagahnya hanya menjadi hiasan di dinding saja. Memang sangat ironis sekali jika kita membaca dan mempelajari sejarah para pejuang dalam meraih kemerdekaan tersebut dengan fakta yang kita hadapi di era kemerdekaan saat sekarang ini, bagaimana Pancasila sebagai sebuah falsafah dari ciri kepribadian Bangsa sudah mulai memudar, siapakah yang pantas kita persalahkan dengan hal tersebut ?

Negara yang katanya subur dan makmur serta mempunyai kekayaan alam yang melimpah, masih banyak dihuni oleh rakyatnya yang dilanda kemiskinan tapi ironisnya para pemimpin ataupun wakil yang mereka percaya untuk menyampaikan aspirasi mereka terlihat hidup dengan makmur. Negara yang terkenal dengan semangat persatuan dan kesatuan yang tinggi pada masyarakatnya, kian hari kian memudar. Masyarakat mulai tidak percaya lagi dengan para wakilnya, mereka merasa aspirasi mereka tidak didengarkan sehingga demonstrasipun marak mereka lakukan. Pemimpin pun sudah tidak bisa menjadi suritauladan yang baik bagi rakyatnya, korupsi terasa semakin subur. Tidak ada lagi semangat persatuan dan kesatuan dalam memperbaiki keadaan Negara ini, seperti yang dilakukan para pahlawan perjuangan dalam merebut kemerdekaan menurut buku pelajaran sejarah yang kita baca tersebut. Yang terlihat sekarang hanyalah perjuangan yang dilakukan demi kepentingan golongan yang mengatas namakan rakyat, yang kadang kala entah disengaja dapat menimbulkan perpecahan didalam masyarakat itu sendiri. Tak jarang kita lihat pendukung suatu golongan dengan golongan lainnya saling bentrok, tidak ada lagi musyawarah dan mufakat dalam menyelesaikan suatu permasalahan tingkah laku anarkis seakan merupakan hal yang dianggap biasa dalam menyampaikan aspirasi, apakah ini yang disebut dengan masyarakat yang beradab, ataukah semboyan Bhineka tunggal ika yang diagung-agungkan sudah kadaluarsa ?

Jika kita bicara siapakah yang sangat dirugikan akan semua ini tidak lain dan tidak bukan adalah kaum mayarakat kelas bawah yang selalu dirugikan, dimanfaatkan dan dibodo-bodohi, walaupun kadang mereka tahu mereka dirugikan, dimanfaatkan maupun dibodoh-bodohi tapi mereka tidak punya cukup kekuatan untuk melawan. Pernyataan ini tidak berlebihan, coba kita tengok apa yang mereka dapatkan saat sekarang ini, pendidikan gratis, berobat gratis atau semua janji-janji yang pernah dikemukakan oleh para calon pemimpin sebelum mau berkuasa,tidak cukup banyak yang terpenuhi yang dapat mengobati kaum lemah ini, Cuma sekedar BLT yang mereka gembar-gemborkan telah dapat membantu masyarakat tapi juga merupakan suatu proses pembelajaran yang tidak mendidik bagi masyarakat dan malah semakin menunjukan pada dunia betapa banyaknya masyarakat miskin di Negara ini.

Ini semua merupakan suatu PR yang sangat berat bagi pemimpin pemerintahan mereka harus kembali membangkitkan semangat pancasila di Negara ini khsususnya dikalangan elit poltik dan pemerintahan supaya saling bahu membahu dan mengenyampingkan lebih dahulu kepentingan pribadi dan golongan demi memperbaiki Negara ini, supaya menjadi contoh yang baik bagi semua rakyat Indonesia dan mengembalikan kepercayaan masyarakat pada pemerintahan, stop semua proses pembelajaran poltik yang tidak mendidik bagi masyarakat. Tidak ada lagi saling benci saling mencaci dan saling membuka kejelekan lawan politik masing-masing yang ada hanya rasa persatuan dan kesatuan dan selalu memegang teguh falsafah pancasila dan semboyan bhineka tunggal ika. Jika semangat pancasila telah kembali berkobar di dalam sanubari seluruh rakyat Indonesia khususnya di kalangan elit politik dan pemerintahan dipastikan tidak satupun pihak luar yang berani masuk untuk mengadu domba serta bermaksud mencuri budaya dan meremehkan Negara yang kita cintai ini. Karena kita adalah suatu bangsa yang besar dan kita harus selalu ingat bahwa bersatu kita teguh bila bercerai kita runtuh. Dan hal yang paling penting adalah bagaimana kembali membuat ibu pertiwi ini bangga dan kembali menitikkan air mata bahagia dan bangga kepada anak-anak bangsa agar sang saka merah putih tidak malu-malu lagi berkibar di cakrawala menunjukan keberanian dan kesuciannya, biarkan burung garuda terbang dengan gagah perkasa sambil membawa berita keseluruh dunia bahwa falsafah pancasila dan bhineka tunggal ika telah kembali berkobar didalam sanubari seluruh rakyat Indonesia dan membuktikan bahwa kesaktian Pancasila bukan hanya sekedar kata-kata, sambil diiringi lagu Indonesia Raya yang menggelegar keseluruh jagad raya dan membuat gentar Negara tetangga. Dan merdeka bukan lagi menjadi sebuah kata mutiara, tetapi akan menjadi realita yang selalu nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun