"Bubur disajikan dengan samir. Dibagikan kepada masyarakat sekitar. Sementara yang disajikan dengan takir (wadah yang terbuat dari alas daun berbentuk melingkar, Red) untuk membaca Al-Barzanji," kata dia.
Humas Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK), Denny Nur Hakim menjelaskan, sejarah bubur Asyura erat kaitannya dengan kisah Nabi Nuh AS.
"Pembuatan bubur Asyura ini adalah bentuk rasa syukur selamatnya dari musibah banjir," jelas Denny di laman tersebut.
Dari sejumlah sumber, saat itu perahu Nabi Nuh AS telah berlabuh, tepat pada hari Asyura. Kemudian, Nabi Nuh AS meminta kaumnya untuk mengumpulkan perbekalan.
"Kumpulkanlah semua perbekalan yang ada pada diri kalian! "
Lalu, Nabi Nuh AS menghampiri (mereka) dan berkata: "(ambillah) kacang fuul (semacam kedelai) ini sekepal, dan 'adas (biji-bijian) ini sekepal, dan ini dengan beras, dan ini dengan gandum dan ini dengan jelai (sejenis tumbuhan yang bijinya/buahnya keras dibuat tasbih)."
 "Masaklah semua itu oleh kalian!, niscaya kalian akan senang dalam keadaan selamat."
Atas peristiwa itu, muslimin (terbiasa) memasak biji-bijian. Diriwayatkan pula, kejadian tersebut merupakan praktik memasak yang kali pertama ada di bumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H