Mohon tunggu...
Okalani Anindya
Okalani Anindya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Maraknya Black Campaign Yang Terjadi Pada Saat Pesta Demokrasi.

11 Desember 2024   14:06 Diperbarui: 11 Desember 2024   14:05 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Black campaign pas hari pemilihan tuh udah kayak racun di dunia politik kita. Banyak yang milih cara ini buat ngejatuhin lawan karena nggak percaya diri sama program atau kemampuan dirinya sendiri. Isu-isu yang disebar pun sering nggak masuk akal, mulai dari gosip pribadi, fitnah, sampai manipulasi fakta. Biasanya, momen ini paling rame di media sosial, tempat orang gampang banget termakan hoaks. Parahnya, masyarakat kadang nggak sadar kalau mereka jadi korban propaganda politik, malah ikut-ikutan nyebarin tanpa ngecek kebenarannya dulu.

Yang bikin miris, kampanye hitam ini nggak cuma ngehancurin nama baik calon yang diserang, tapi juga bikin suasana politik jadi nggak sehat. Bukannya adu gagasan atau diskusi soal program yang bisa bener-bener bawa perubahan, malah sibuk saling menjatuhkan. Pemilih pun akhirnya lebih fokus sama drama dan isu negatif daripada memperhatikan kualitas para kandidat. Ujung-ujungnya, proses demokrasi yang harusnya jadi ajang pilih pemimpin terbaik malah jadi medan perang penuh kebencian.

Kalau dipikir-pikir, black campaign ini juga nunjukin sisi buruk dari persaingan politik yang nggak sehat. Alih-alih membangun kepercayaan publik lewat program yang jelas, pelaku kampanye hitam lebih milih jalan pintas. Mereka tahu masyarakat kita masih banyak yang gampang percaya sama informasi yang viral, apalagi kalau dikemas dengan narasi yang bombastis. Ini makin parah karena pengawasan terhadap kampanye hitam sering kali lemah. Kadang pelakunya susah dilacak, apalagi kalau pakai akun anonim atau pihak ketiga buat nyebar isu.

Tapi, jujur aja, black campaign ini nggak akan bisa sukses kalau masyarakat kita lebih kritis. Jadi, kuncinya ada di edukasi publik. Kita harus diajarin buat selalu cek fakta sebelum percaya sama berita atau isu tertentu. Media sosial juga harusnya jadi tempat yang lebih sehat dengan adanya regulasi yang jelas buat mencegah penyebaran hoaks atau fitnah. Selain itu, lembaga pemilu juga harus lebih berani buat nangkep dan ngasih sanksi tegas ke siapa pun yang ketahuan main kotor.

Sayangnya, selagi kesadaran masyarakat masih rendah dan pengawasan belum maksimal, black campaign ini bakal terus terjadi. Jadi, tugas kita semua, terutama generasi muda, buat ngubah pola pikir dan nolak cara-cara kotor kayak gini. Karena kalau demokrasi terus-terusan dirusak, yang rugi bukan cuma satu dua orang, tapi kita semua. Masa depan bangsa nggak boleh digadaikan sama kebohongan dan kebencian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun