Black campaign pas hari pemilihan tuh udah kayak racun di dunia politik kita. Banyak yang milih cara ini buat ngejatuhin lawan karena nggak percaya diri sama program atau kemampuan dirinya sendiri. Isu-isu yang disebar pun sering nggak masuk akal, mulai dari gosip pribadi, fitnah, sampai manipulasi fakta. Biasanya, momen ini paling rame di media sosial, tempat orang gampang banget termakan hoaks. Parahnya, masyarakat kadang nggak sadar kalau mereka jadi korban propaganda politik, malah ikut-ikutan nyebarin tanpa ngecek kebenarannya dulu.
Yang bikin miris, kampanye hitam ini nggak cuma ngehancurin nama baik calon yang diserang, tapi juga bikin suasana politik jadi nggak sehat. Bukannya adu gagasan atau diskusi soal program yang bisa bener-bener bawa perubahan, malah sibuk saling menjatuhkan. Pemilih pun akhirnya lebih fokus sama drama dan isu negatif daripada memperhatikan kualitas para kandidat. Ujung-ujungnya, proses demokrasi yang harusnya jadi ajang pilih pemimpin terbaik malah jadi medan perang penuh kebencian.
Kalau dipikir-pikir, black campaign ini juga nunjukin sisi buruk dari persaingan politik yang nggak sehat. Alih-alih membangun kepercayaan publik lewat program yang jelas, pelaku kampanye hitam lebih milih jalan pintas. Mereka tahu masyarakat kita masih banyak yang gampang percaya sama informasi yang viral, apalagi kalau dikemas dengan narasi yang bombastis. Ini makin parah karena pengawasan terhadap kampanye hitam sering kali lemah. Kadang pelakunya susah dilacak, apalagi kalau pakai akun anonim atau pihak ketiga buat nyebar isu.
Tapi, jujur aja, black campaign ini nggak akan bisa sukses kalau masyarakat kita lebih kritis. Jadi, kuncinya ada di edukasi publik. Kita harus diajarin buat selalu cek fakta sebelum percaya sama berita atau isu tertentu. Media sosial juga harusnya jadi tempat yang lebih sehat dengan adanya regulasi yang jelas buat mencegah penyebaran hoaks atau fitnah. Selain itu, lembaga pemilu juga harus lebih berani buat nangkep dan ngasih sanksi tegas ke siapa pun yang ketahuan main kotor.
Sayangnya, selagi kesadaran masyarakat masih rendah dan pengawasan belum maksimal, black campaign ini bakal terus terjadi. Jadi, tugas kita semua, terutama generasi muda, buat ngubah pola pikir dan nolak cara-cara kotor kayak gini. Karena kalau demokrasi terus-terusan dirusak, yang rugi bukan cuma satu dua orang, tapi kita semua. Masa depan bangsa nggak boleh digadaikan sama kebohongan dan kebencian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H