Benar apa yang diungkapkan Iman Hidayat, Â Kepala Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL) BRIN bahwa sebagian besar teknologi ramah lingkungan masih sangat mahal dan tidak efisien. Â
Untuk itu pemerintah perlu menciptakan teknologi ramah lingkungan dengan banyak disiplin ilmu. Hal ini sangat diperlukan agar bisa menghadirkan teknologi ramah lingkungan yang lebih murah dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat.
Tantangan kedua adalah ketersediaan peralatan untuk energi baru dan terbarukan (EBT) yang berkualitas tinggi masih sangat kurang.
Tantangan ini hanya bisa diatasi dengan cara investasi yang besar untuk peralatan teknologi ramah lingkungan.
Ketiga, infrastruktur EBT untuk industri manufaktur masih minim atau jarang.
Tentang infrastruktur EBT memang perlu dipersiapkan secara matang. Jika tidak maka sekalipun kita berteriak-teriak soal energi hijau tetapi kita hanya seperti tong kosong yang nyaring bunyinya.
Meski tantangan-tantangan itu di depan mata tetapi peralihan itu harus benar-benar kita mulai. Mau tidak mau kita harus beralih dari energi fosil menuju ke energi hijau meski ada ancaman greenflation.
Saat ini hampir semua negara sudah mulai mengembangkan teknologi hijau yang lebih ramah lingkungan.
Tetapi akibat kebijakan itu, banyak orang meradang karena harga bahan-bahan mentah untuk mendukung teknologi hijau tersebut akan naik. Imbas dari kenaikan bahan-bahan mentah ini akan merambat juga ke berbagai sektor. Masalah inilah yang menyebabkan terjadinya demo rompi kuning yang terjadi di Prancis sebagaimana disinggung oleh Gibran dalam debat capres/cawapres keempat.
Hal-hal inilah yang harus diwaspadai agar tidak terjadi di negara kita. Perlahan-lahan tapi pasti kita sudah harus bergerak menuju pemanfaatan teknologi hijau.
Apalagi kondisi bangsa kita sangat mendukung untuk itu. Kita memiliki sumber tenaga surya yang melimpah. Kita juga memiliki arus laut yang sangat baik untuk dijadikan pembangkit listrik menggantikan pembangkit listrik negara yang selama ini menggunakan bahan bakar fosil.