Meski demikian guru bukanlah malaikat yang tanpa salah dan cacat celah. Oleh sebab itu jangan sampai menjadikan kekurangan guru sebagai celah untuk memperdaya atau merendahkan mereka serta mempermalukan mereka.
Setiap orang, termasuk guru tentu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Tidak jarang bahwa kebiasaan dan karakter guru tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Tetapi hal ini tidak lantas dijadikan alasan untuk bersikap dan bertindak tidak sopan terhadap guru.
Memang guru bukan siapa siapa tetapi semua orang tidak akan berarti apa apa tanpa guru.
Karena itu tidak berlebihan bila Kaisar Jepang Kaisar Horohito ketika mendengar Hiroshima dan Nagasaki diluluhlantahkan oleh bom atom, kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah berapa jumlah guru yang tersisa.
Mengapa guru? Sebab tanpa guru, sebuah bangsa akan berjalan di tempat dan tidak bisa mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain.
Sebuah bangsa yang tidak menghargai guru-gurunya hanya akan menatap kemajuan dari kejauhan dan tidak pernah akan bisa mencapainya.
Karena itu momentum peringatan Hari Guru Nasional ini adalah sebuah kesempatan untuk menaruh penghargaan yang setinggi-tingginya untuk guru.
Dengan bersikap sopan dan hormat terhadap guru, maka mereka juga akan merasa bahwa mereka diakui dan bangga dengan profesi mereka.
Memberikan kado kepada guru di Hari Guru boleh dikatakan adalah sebuah kebiasaan kecil yang ditanamkan kepada anak agar mereka selalu ingat akan jasa guru terhadap mereka.
Meski nilainya sangat kecil tetapi bila kebiasaan ini terus diupayakan dan ditumbuhkembangkan, niscaya rasa hormat dan menghargai akan selalu tertanam di sanubari anak sampai kapan pun.
Siswa memberikan kado untuk guru di Hari Guru sangat dibolehkan dan penting. Bukan karena guru untuk membalas jasa guru tetapi untuk menumbuhkan kembali rasa hormat dan menghargai guru.