Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Anak sudah Berusia 7 Tahun tetapi Belum Bisa Calistung?

10 November 2023   08:09 Diperbarui: 10 November 2023   08:11 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa-siswa Sekolah Dasar. Sumber: Antaranews.com


Calistung adalah membaca, menulis dan berhitung. Penting bagi seorang anak untuk bisa membaca, menulis dan berhitung.

Normalnya anak berusia 7 tahun sudah memiliki kemampuan membaca sekitar 50 sampai 60 kata dalam satu menit.

Mengapa 7 tahun? Sebab pada usia ini anak telah masuk dalam perkembangan tahap konkret.

Tetapi masalahnya, kalau di usia itu anak belum tahu membaca, maka tentu ada masalah.

Sebagai orang tua tentu kita merasa cemas. Jangan sampai anak kita menderita kekurangan mental tertentu.

Banyak faktor yang memengaruhi mengapa anak sampai usia itu belum bisa calistung.


Faktor-faktor itu antara lain, pertama, kurangnya perhatian baik guru maupun orang tua.

Kebanyakan guru-guru kelas hanya fokus pada administrasi kurikulum. Sibuk menyiapkan perangkat pembelajaran sampai lupa kalau semua itu hanya instrumen untuk mencerdaskan siswa.

Bila instrumennya bagus tetapi anak tidak cerdas, maka sebenarnya ada yang hilang di sana.

Ada juga guru kelas bawah yang tidak tahu bagaimana cara membimbing anak untuk bisa membaca, menulis dan berhitung.

Orang tua di rumah juga demikian.  Kesibukan membuat mereka kurang memperhatikan perkembangan anak. Semuanya diserahkan kepada guru di sekolah.

Padahal sebagai orang tua, kita juga mesti melihat perkembangan anak. Ini merupakan tanggung jawab. Hanya sekitar 7 hingga 8 jam anak-anak bersama guru di sekolah. Selebihnya, anak bersama orang tua di rumah. Maka orang tua sebenarnya memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk perkembangan anak.

Kedua, kurang adanya konsentrasi. Kurang konsentrasi atau susah fokus merupakan kondisi yang sering dialami oleh anak saat sedang di dalam kelas.

Penyebab anak kurang fokus dalam belajar antara lain rasa cemas, belum beradaptasi dengan lingkungan sekolah, tidak mengerti materi, gangguan obsesif kompulsif, dan stres atau trauma.

Rasa cemas biasanya muncul dari ketakutan membuat kesalahan atau mempermalukan diri sendiri saat guru memanggilnya ke depan kelas. Rasa cemas juga bisa disebabkan karena anak harus berpisah dari orang tuanya. Saat anak jauh dari orang tuanya bisa saja ia tidak fokus belajar karena merasa tidak ada yang melindungi atau membuatnya nyaman.

Masa-masa adaptasi dengan lingkungan sekolah juga bisa menyebabkan anak tidak fokus belajar. Akhirnya ia akan ketinggalan dari teman-temannya yang tingkat adaptasinya tinggi.

Anak juga akan kesulitan untuk konsentrasi bila ia tidak memahami materi yang diberikan oleh guru. Belum lagi rasa cemas dan takut membuatnya malu bertanya.

Anak yang kurang konsentrasi atau tidak fokus tentu pikirannya terbagi dan kesulitan untuk bisa membaca, menulis atau berhitung.

Ketiga, siswa masih sulit membedakan huruf. Kesulitan siswa membedakan huruf. Apabila masalahnya demikian maka solusi yang harus ditempuh adalah menuntun siswa untuk mengenal huruf.

Setelah itu baru maju ke tahap berikutnya. Merangsang siswa untuk merangkai suku kata dan memperkenalkan kata-kata sederhana sehari-hari

Keempat, siswa masih tersendat-sendat membaca kalimat.

Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan siswa dalam mengenal huruf atau suku kata dan kata. Karena itu, anak kesulitan mengenal huruf dan kata sehingga membuat anak lambat atau tersendat-sendat membaca.

Saya menemukan bahwa di beberapa tempat, ada anak yang sudah kelas VI SD tetapi belum tahu membaca. Ini sangat memprihatinkan. Bukankah ini berarti kita mengalami ketertinggalan yang cukup jauh dari anak-anak di tempat lain?

Kita harus mengakui bahwa tingkat literasi kita sangat jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Ternyata bonus demografi yang kita miliki tidak memberi pengaruh apa apa.

Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa sangat diharapkan meningkatkan  kemampuan membaca, menulis dan berhitung.

Mengapa penting? Sebab dengan membaca dapat membantu anak mengembangkan daya kognitif dan mengenalkannya kepada hal-hal baru.

Sementara untuk bisa mengungkapkan gagasan melalui media bahasa maka anak harus mempunyai kemampuan menulis.

Menulis merupakan proses menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang.  Hal ini bertujuan agar orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik ini, kalau mereka memahami bahasa dan grafik tadi.

Untuk itu bagi seorang anak, latihan menulis harus dibuat menyenangkan dan tidak membosankan.

Sedangkan untuk mengetahui operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian maka anak harus belajar mengenal angka dan berhitung.

Kemampuan berhitung ini dapat membantu anak untuk memecahkan suatu masalah dan meningkatkan pola pikir yang baik.

Berbekal pengalaman kegiatan dari satu tempat ke tempat lain, saya menjadi tahu ternyata banyak sekali anak SD (Sekolah Dasar) yang belum bisa membaca.

Masalah utamanya adalah guru-guru kelas lebih fokus pada perintah Kurikulum. Saya jadi heran karena anak-anak SD kelas 1 selalu diberikan tugas atau pekerjaan rumah.

Hasil yang diharapkan adalah ketika mereka sudah lancar membaca, menulis, dan berhitung maka mereka juga mampu berpikir kritis dan cerdas.

Guru dan orang tua harus bekerja sama untuk bisa membimbing anak yang belum mempunyai kemampuan membaca, menulis, dan berhitung agar bisa keluar dari masalah tersebut.

Guru dan orang tua harus mencari tahu penyebab mengapa anak yang sudah seharusnya bisa calistung tetapi faktanya belum bisa.

Setelah menemukan masalah dan mengatasinya, maka hal berikut yang harus dilakukan adalah menumbuhkan minat anak untuk membaca, menulis dan berhitung.

Di era digital seperti sekarang ini, sebenarnya orang tua dan guru tidak kekurangan bahan melatih anak untuk bisa membaca, menulis dan berhitung.

Salah satu caranya adalah stimulasi calistung menggunakan gadget.

Banyak anak menggunakan gadget bukan untuk kepentingan belajar atau sekolahnya tetapi untuk bermain, salah satunya adalah bermain game.

Padahal stimulasi calistung menggunakan gadget sangat bagus. Ada banyak aplikasi belajar yang bisa membantu anak belajar calistung dengan menyenangkan.

Bahkan ada aplikasi belajar tertentu yang dilengkapi dengan permainan edukasi yang interaktif, sehingga anak bisa belajar sambil bermain.

Tinggal saja bagaimana orang tua mendampingi dan mengarahkan.

Itu artinya gadget boleh digunakan tetapi harus tetap didampingi oleh orang tua. Anak tidak bisa dibiarkan sendiri. Harus selalu dalam pengawasan orang tua.

Hal ini sangat penting karena anak perlu diberi pemahaman tentang apa yang ditonton.

Meski demikian, durasi menggunakan gadget untuk belajar calistung jangan terlalu lama, cukup 10-15 menit.

Selain cara-cara di atas, sebaiknya orang tua sudah mengenalkan calistung pada anak sejak usia dini.

Usia dini merupakan usia paling penting dalam membentuk potensi yang dimiliki anak.

Meski masih diperdebatkan oleh para psikolog tentang hal tersebut tetapi bila menggunakan metode yang telap maka akan sangat berguna untuk anak.

Untuk itu mengenalkan calistung pada anak usia dini (3-6 tahun) harus dengan metode yang menyenangkan sehingga tidak sampai membuat anak trauma dan tidak mau belajar.

Hati-hati sebab overstimulasi akan menyebabkan anak merasa bosan dan stres sehingga menolak untuk belajar.

Secara psikologis anak-anak di usia itu memang masih harus banyak bermain. Tetapi jika melalui bermain anak bisa belajar membaca, menulis dan berhitung maka itu akan bagus sekali untuk perkembangan mereka ke depannya.

Cara-cara yang bisa dilakukan antara lain dengan mengklasifikasi bentuk benda-benda, menghubungkan informasi satu ke yang lainnya, serta membedakan warna.

Dengan membantu anak usia dini untuk bisa calistung sebenarnya kita telah membantunya untuk mengembangkan kompetensinya dalam hal membaca menulis, dan berhitung sebagai pelajaran dasar untuk membekali mereka  masuk ke jenjang pendidikan SD.

Untuk itu sebaiknya untuk anak-anak usia 7 tahun ke atas yang belum bisa calistung, harus dicari tahu penyebabnya. Setelah menemukannya perlu ada solusi atas masalah tersebut. Kemudian mulailah kita mencari cara-cara efektif yang bisa menumbuhkan minat anak akan calistung.

Hai orang tua dan para guru, mari mencoba

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun