topik pilihan (Topil) kerja sama dengan Ibu Fery Farhati tentang DUKUNGAN KITA BAGI IBU MENYUSUI.
Pada bulan Agustus lalu, Kompasiana menyajikan satuTopil ini sangat menarik karena memilih satu isu yang sangat aktual saat itu dan merupakan satu penghargaan yang tinggi untuk ibu-ibu para pejuang ASI.
Hal ini penting sebab tugas menyusui anak bukan saja tugas ibu menyusui tetapi juga membutuhkan kerja sama dari suami, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Karena merasa tertarik dengan topik pilihan yang menarik ini, maka saya juga menulis satu artikel menjawab tantangan ibu Fery.
Artikel saya waktu itu berjudul Peran Ayah Bagi Ibu Agar ASI Buat Si Kecil Lancar dan saya tulis pada tanggal 13 Agustus.
Tulisan ini berangkat dari tesis saya bahwa orang yang paling bertanggung jawab soal ASI si kecil selain ibu adalah suami.
Suami harus berperan aktif untuk mendukung istri agar ASI yang diberikan kepada si kecil tidak terganggu. Karena si kecil berhak mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan dan ibu sangat membutuhkan suami di sisinya.
Singkat cerita artikel saya akhirnya berhasil menjadi artikel utama. Seperti biasa, saya pasti senang bila artikel yang saya tulis bisa menjadi artikel utama.
Tidak pernah sedikit pun terbersit pikiran bahwa nanti suatu saat saya akan menerima sebuah bingkisan dari Kompasiana karena tulisan sederhana tersebut.
Sampai suatu sore di akhir Oktober lalu, tepatnya tanggal 30 Oktober jam 3 sore saya mendapat wa dari kompasiana yang mengonfirmasi apakah alamat pengiriman yang saya sertakan di profil blog Kompasiana sudah benar atau tidak.
Saya langsung meresponnya bahwa alamat tersebut benar. Tetapi saya lantas langsung bertanya balik pengiriman apa. Karena tiada angin, tiada hujan tiba-tiba diinformasikan bahwa saya akan mendapat bingkisan.
Pada saat itu langsung dijawab bahwa mereka sementara mengirim bingkisan dari topil hasil kerja sama dengan Bu Fery.
Terus terang, saya juga sudah lupa topil apa. Ternyata setelah scrol topil-topil yang pernah ada selama bulan-bulan kemarin baru ketemu topil yang juga merupakan tantangan dari ibu Fery untuk para Kompasianer dalam hubungan dengan ibu menyusui.
Hati saya mulanya ragu. Kenapa saya ragu, sebab sebelumnya banyak sekali nomor-nomor baru yang mengirim pesan mengatasnamakan pribadi atau telkomsel dengan pemberitahuan bahwa ada hadiah untuk pemilik nomor ini yang ternyata semuanya adalah fake.
Apalagi ketika ada pengumuman resmi dari Kompasiana bahwa ada penipuan dari oknum atau wartawan yang mengaku dari Kompasiana karena para kompasianer berhati-hati, saya semakin tidak yakin.
Bahkan keraguan saya membawa saya menanyakan ke Kompasiana lewat fitur chat. Pada saat itu jawaban otomatis dari fitur chat langsung diterus ke saya. Di situ dipesan, apabila keluhan ini belum dijawab 2 24 jam maka silahkan hubungi email ini dan atau nomor ini. Dan ternyata nomor yang diberikan oleh mesin otomatis Kompasiana adalah nomor resmi tim Kompasiana yang dipakai untuk chat wa di atas.
Saya langsung yakin bahwa ternyata pesan yang saya dapat ini adalah benar dari tim Kompasiana.
Dan siang tadi akhirnya bingkisan itu tiba juga di tangan saya.
Banyak limpah terima kasih harus saya sampaikan ke tim Kompasiana dan Bu Fery yang telah bersusah-susah mengirim bingkisan ini jauh-jauh ke Atambua.
Bukan soal bingkisannya, tetapi ketulusan hati yang memberi yang membuat hati saya terenyuh.
Saya juga mau mengucapkan maaf yang tulus dari hati untuk keragu-raguan dan sikap kurang percaya saya terhadap tim Kompasiana yang telah membangun komunikasi dengan saya lewat wa.
Maju terus Kompasiana dan jadilah media yang selalu merangkul para penulis antah berantah yang bisa menulis tetapi tidak tahu harus post-nya di media apa.
Terus terang, Kompasiana telah membantu saya menjadi lebih percaya diri dengan tulisan-tulisan saya.
Meski tulisan-tulisan saya masih jauh dari sempurna, tetapi saya yakin dengan keseriusan dan usaha terus-menerus saya akan menyempurnakan diri dari saat ke saat.
Salam Kompasiana dan Salam untuk Ibu Fery Farhati untuk bingkisan yang sangat berarti ini.
Sekali lagi terima kasih Kompasiana dan mohon maaf. Salam literasi dari sebuah kampung perbatasan Batu Merah -- Atambua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H