Apa yang dilakukan presiden ini merupakan langkah bijak. Suasana di meja makan mau menggambarkan sebuah suasana yang penuh keakraban dan santai. Dan saya kira adalah tepat, setiap persoalan apakah berat sekali pun dapat kita selesaikan bila dalam suasana santai dan tanpa tekanan. Suasana itu didapat di meja makan.
Diplomasi meja makan ini sangat dibutuhkan untuk hari-hari ini, di mana suhu politik lagi panas-panasnya.
Presiden Jokowi menggunakan diplomasi meja makan ini bukan yang pertama kalinya. Sebelumnya, Presiden juga sudah mengundang para pemimpin partai politik ke Istana Kepresidenan untuk makan bersama.
Menariknya, dalam pertemuan itu tiap-tiap tokoh partai dijamu dalam acara makan yang menunya langsung ditentukan oleh Presiden.
Kita harus mengakui, Presiden telah berhasil menjadikan jamuan makan sebagai media untuk saling mengenal lebih baik sambil berdiplomasi untuk urusan-urusan bersama dan urusan-urusan kebangsaan.
Mengundang makan ini sebenarnya sudah menjadi kebiasaan Presiden Jokowi bahkan jauh sebelum menjadi Presiden.
Ketika menjabat sebagai wali kota Solo dan hendak merelokasi pedagang di Pasar Triwindu, Solo, Jokowi menggunakan strategi lobi meja makan untuk meluluhkan para pedagang sehingga ketika Ia menyatakan maksudnya untuk merelokasi pasar tersebut tidak ada pedagang yang membantah rencana tersebut. Semua dapat berjalan lancar, tanpa buldoser dan kawalan satuan polisi pamong praja (satpol PP).
Hal yang sama juga dilakukan beberapa kali saat menjadi orang nomor satu di DKI. Contohnya, saat hendak merelokasi warga penghuni Waduk Pluit ke Rusun Marunda. Â Tidak ada penolakan dan juga perlawanan.
Diplomasi meja makan ala Jokowi telah menyelesaikan banyak persoalan bangsa yang rumit.
Gaya dipomasi meja makan sangat positif untuk rekonsialisasi dan menjahit kembali benang-benang persahabatan dan persaudaraan yang putus akibat pilkades, pilkada maupun pileg.
Kadang-kadang, kita memiliki niat yang baik tetapi mengkin saja cara kita yang salah membuat semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencana.