Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menjadi Cawapres Prabowo, Gibran Menjawab Senior-Seniornya di PDIP dengan Aksi Ciamik

23 Oktober 2023   09:16 Diperbarui: 24 Oktober 2023   10:20 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran Rakabuming, Cawapres yang diusung oleh Prabowo dan KIM. CNNIndonesia.com

Sebagaimana dilansir Kompas.com, Ketua Umum Partai Gerindra yang juga calon Presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto resmi mengumumkan calon wakil presidennya yaitu Gibran Rakabuming Raka.

Publik yang dibuat menunggu dan terus menunggu hingga malam tadi, akhirnya terpuaskan rasa ingin tahunya tentang siapa calon wakil presiden Prabowo.

Sebelumnya pengumuman ini, media-media massa menyebut, calon wakil presiden dari Prabowo telah mengerucut ke dua nama, yaitu Erick Tohir dan Gibran Rakabuming Raka.

Gibran sendiri masih sebagai anggota dari Partai PDIP. Tetapi dengan keputusan ini dengan sendirinya ia akan dinonaktifkan keanggotaannya di PDIP.

Sebelumnya ada dua pesohor partai ini yang juga sudah didepak dari Partai Banteng Moncong Putih tersebut, yaitu Budiman Sujatmiko dan Efendi Simbolon. Kedua mantan kader partai Besutan Megawati itu secara terang-benderang menyatakan  dukungannya kepada Prabowo.

Penunjukkan Gibran sebagai calon wakil presiden Prabowo ini meski sudah diprediksi jauh-jauh hari, tetapi tetap saja menjadi peristiwa yang mengejutkan malam ini dan membuat banyak orang terhenyak.

Sebenarnya peluang putera pertama Presiden Jokowi itu sudah mulai terbuka lebar lewat putusan MK yang memungkinkan dia untuk ikut meramaikan kontestasi Pilpres 2024. Hanya masih terdapat banyak keraguan, apakah dia akan menerima pinangan Prabowo dan Koalisi Indonesia Majunya atau tidak.

Meski usianya belum 40 tahun tetapi karena telah  berpengalaman sebagai walikota maka dia memenuhi syarat tersebut.

Dalam kacamata masyarakat biasa yang memahami politik hanya sekedarnya saja, keputusan Gibran ini mesti dibawa kembali ke belakang untuk mencari benang merahnya.

Kita tahu bersama ketika Gibran maju untuk mencalonkan diri sebagai wali kota Solo, banyak orang skeptis padanya. Bahkan setelah kemenangannya, ia tetap disepelehkan karena keberhasilannya dianggap memboncengi bapaknya.

Beberapa waktu terakhir ketika wacana untuk menjadi cawapres Prabowo semakin kuat, tetap saja Gibran dihina dan difitnah dengan berbagai tuduhan. Semua itu bukan saja datang dari orang luar, tetapi datang juga dari senior-seniornya di PDIP yang katanya sudah diangggap sebagai keluarga dan menjadi orang dalam.

Berbagai ujaran dan pernyataan yang selalu menyudutkan anak pertama presiden Jokowi itu menjadi semacam cambuk yang melecutnya untuk semakin berlari kencang menantang maut.

Kita lihat, senior-seniornya di PDIP dalam berbagai kesempatan selalu melabeli Gibran dengan sebutan anak ingusan, anak kemarin sore, dan sebutan-sebutan lain lagi.

Sebenarnya Gibran hanya mau dihargai tanpa memandang status apakah dia pendatang baru di dunia politik atau tidak. Kalau di dalam keluarga sendiri tidak dihargai untuk apa bertahan di situ. Masih banyak orang di luar sana yang masih menghargai dan menganggapnya penting.

Sementara itu dari sisi Jokowi, tentu saja tidak ada seorang ayah mau anaknya diremehkan. Dan saya kira, persaan seperti pasti berlaku untuk semua ayah di muka bumi yang otaknya masih waras.

PDIP telah mengecewakan Jokowi dalam banyak hal. Bahkan Megawati dalam satu kesempatan pernah berucap Jokowi bukan siapa siapa tanpa PDIP. Padahal dua kali kontestasi pilpres, 2014 dan 2019 kemenangan PDIP bukan saja faktor partai berkepala banteng moncong putih itu tetapi ada peran besar Jokowi di dalamnya.

Bila dalam dua kontestasi itu bukan Jokowi yang calon presidennya belum tentu PDIP bisa meraih kekuasaan secara berturut-turut seperti.

Hal ini sudah terbukti ketika Megawati maju sebagai Capres di pemilihan umum selalu kalah dari rival-rivalnya meski secara kepartaian PDIP masih unggul.

Langkah taktis, Presiden Jokowi membolehkan anaknya Gibran menjadi calon wakil presiden untuk Prabowo mengindikasikan hal tersebut.

Jangan berbicara soal dinasti kekuasaan. Sebab saat ini sistem pemilihan yang kita anut adalah pemilihan secara langsung. 

Biarkan rakyatlah yang menilai apakah Gibran layak atau tidak. 

Dan para seniornya di PDIP jangan jumawa dan menganggap Gibran tidak ada apa-apanya. Di belakang Gibran ada Jokowi yang meski sudah hampir masa jabatannya sebagai presiden tetapi tetap aura magis bagi para pendukungnya.

Apabila ada sedikit saja rasa menghormati dan menghargai ditunjukkan oleh para seniornya di PDIP barangkali Gibran masih mempertimbangkan hal tersebut. 

Tetapi karena rasa hormat dan penghargaan itu sudah hilang dari para seniornya terhadap dirinya  maka ia pun tidak akan segan melakukan manuvernya sendiri. 

Terlepas dari seberapa besar effect elektoral yang bisa diberikan kepada Prabowo di Pilpres nanti, ini merupakan langkah ciamik Gibran terhadap senior-seniornya di PDIP.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun