Jumlah ini sangat kecil jika dibandingkan dengan emisi karbon dioksida yang dihasilkan oleh manusia melalui pabrik-pabrik dan kenderaan bermotor. Kenderaan bermotor saja menyumbangkan 2 miliar emisi karbon per tahunnya.
Karena itu ke depannya, penggunaan kenderaan-kenderaan pribadi sebaiknya dikurangi atau dibatasi. Hal ini membutuhkan regulasi yang jelas dan tegas. Untuk bisa sampai ke sana, pembenahan transportasi umum mutlak perlu agar memberikan kenyamanan bagi para pengguna.
Selama ini, bukan orang tidak suka menggunakan transportasi umum, tapi karena orang merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan itu membuat orang lebih memilih tranportasi pribadi ketimbang transportasi umum.
Sementara itu, pabrik-pabrik yang dibangun harus jauh dari pemukiman dan ditentukan satu kawasan khusus agar jangan sampai mengganggu kesehatan manusia karena berbagai limbah buangan yang memcemarkan lingkungan dan terutama udaranya.
Udara yang sehat di sebuah kota mencerminkan warganya yang sehat. Begitu juga sebaliknya.
Jakarta harus dibenahi dan udaranya perlu dibersihkan dengan berbagai cara, agar udaranya kembali bersih. Entah apa pun caranya.
Di atas semuanya itu, masalah yang saat ini dihadapi oleh kota Jakarta harus menjadi pembelajaran untuk kota-kota lain.
Regulasi yang jelas dan tegas dari pemerintah plus perlunya kesadaran yang harus ditumbuhkan di dalam masyarakat.
Mungkin kita perlu berkiblat pada kota-kota metropolitan di Eropa yang sudah sangat sadar akan pentingnya udara bersih. Bukan saja pemerintahnya tetapi seluruh warga negaranya sudah sangat sadar pentingnya lingkungan yang sehat dan bersih.
Salam sehat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H