Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Membaca Peta Politik Tanah Air Setelah Bergabungnya PAN dan Golkar ke Kubu Prabowo

14 Agustus 2023   08:44 Diperbarui: 15 Agustus 2023   18:24 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, PDIP dan Ganjar Pranowo juga kelihatannya semakin terjepit. Meski PDIP mempunyai segala persyaratan untuk mengusung calon presiden sendiri, tetapi mereka tetap ketar-ketir bila merujuk kepada hasil survei dan elektabilitas Ganjar yang cenderung stagnan bahkan menurun.

Beberapa lembaga survei selalu menempatkan Prabowo sebagai unggulan. Sebut saja Polstat (lembaga survei political statistics), LSI (Lembaga Survei Indonesia), LSI Denny JA, LSN (Lembaga Survei Nasional), dan beberapa lembaga survei lain selalu mengeluarkan hasil yang mengejutkan. Karena Prabowo perlahan namun pasti terus merangkak naik meninggalkan dua pesaingnya.

Kalau ada yang bilang bahwa survei tidak selalu benar, tapi faktanya dalam dua kali Pemilu, survei-survei selalu memberikan gambaran yang jelas tentang siapa presiden.

Bahkan dalam pemilihan legislatif dan pilkada para caleg dan calon kepala daerah selalu memanfaatkan survei-survei untuk mengukur kemampuan dan peluang mereka.

Ganjar dan PDIP harus bekerja keras untuk menaikan elektabilitas Ganjar. Hasil survei lembaga-lembaga survei yang selalu menempatkan Parabowo sebagai kampiun harus disikapi oleh PDIP dan Ganjar secara serius.

Guntur Romli, Ketua umum Ganjarian Spartan Ganjar Pranowo di akun tweeter-nya berpendapat bahwa merapatnya PAN dan Golkar ke Gerindra dan Prabowo disinyalir untuk mengeroyok Ganjar Pranowo dan PDIP. 

Menurut Romli, meski dikeroyok oleh koalisi gemuk tapi Pilpres beda dengan Pileg. Masih teringat dengan sangat baik, 2014 Jokowi dan PDIP dikeroyok oleh koalisi gemuk seperti ini, tapi Jokowi tetap melenggang dengan mulus ke RI 1.

Namun Guntur Romli barangkali lupa bahwa ada perbedaan yang sangat mencolok antara Pilpres 2014 dan Pilpres 2024 ini. 

Apabila waktu itu, dalam survei-survei Jokowi dan PDIP selalu unggul, maka menjelang 2024 Ganjar melalui survei-survei yang ada, hampir selalu berada di posisi kedua di bawah Prabowo dan kalau pun unggul tetapi dengan selisih prosentasi yang sangat tipis.

Maka ancaman koalisi gemuk bersama Prabowo kali ini sungguh-sungguh menjadi ancaman yang serius untuk Ganjar dan PDIP.

Memang selama belum ada pendaftaran resmi capres cawapres maka koalisi parpol masih sangat cair, namun apabila PDIP dan Ganjar masih arogan dan menganggap diri masih mengungguli lawan-lawannya maka bisa jadi ini adalah alarm bahaya bagi mereka. Upaya hatrik PDIP untuk RI 1 akan menjadi sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun