Kita mengharapkan pemain menunjukan profesionalitas lewat bakat dan kualitas dirinya tapi lupa memperhatikan nasib mereka. Pemain-pemain di daerah paling banter dijanjikan untuk jadi ASN.
Pemimpin PSSI yang baru mesti melihat hal ini sebagai masalah. Karena itu perlu dicari solusinya.
Keempat, adalah soal wasit yang korup dan pengaturan pertandingan
PSSI mesti fokus pada masalah ini. Wasit yang korup akan mudah disuap sehingga tidak memberikan keputusan yang adil di dalam sebuah pertandingan.
Erick Thohir harus memberi perhatian yang serius untuk masalah ini. Wasit-wasit yang nakal harus disanksi dengan keras dan bila perlu PSSI mencabut lisensinya.
Oknum-oknum yang terlibat dalam pengaturan skor pertandingan, termasuk wasit harus ditertibkan karena wajah sepak bola kita salah satunya ada pada wasit dan para petinggi federasi sebagai pihak yang bertanggung jawab mengambil keputusan.
Pemimpin yang baru mesti membenahi liga yang rusak, wasit yang rusak, dan supporter yang rusak.
Untuk memajukan sepak bola, pengelola liga jangan hanya mengedepankan keuntungan plus kualitas wasit yang kurang mantap yang menyebabkan suporter terpancing emosi dan akhirnya timbul kerusuhan.
Kualitas wasit kadang menjadi pemantik emosi para suporter. Apalagi jika keputusannya merugikan dan cenderung tidak fair.
Kelima, kekerasan yang tidak berkesudahan antara suporter sepak boal Indonesia
Ada kebiasaan supporter  di seluruh daerah yang melakukan sweeping terhadap orang yang dicurigai sebagai bagian dari kelompok rival mereka.
Para suporter harus mampu mengambil bagian dalam pengelolaan dan memberikann kepercayaan dalam pertandingan.
Lima poin di atas sangat krusial bagi kemajuan persepakbolaan kita. Sebab yang terjadi selama ini, kegagalan demi kegagalan yang diraih tim Garuda bukannya direspon dengan evaluasi total terhadap persepakbolaan Indonesia, malah diperburuk dengan keputusan yang kadang-kadang terkesan cuci tangan dari para petinggi federasi sepak bola kita.