Bahkan ada perusahaan dan kantor yang telah kembali mewajibkan staf atau karyawannya untuk masuk kantor dan meniadakan WFH.
Untuk itu penyesuaian perlu dilakukan. Ritme kerja yang sudah mulai terbentuk melalui WFH harus kembali berubah.
Lalu mulai muncul diskusi lagi soal perlu tidaknya WFH dipertahankan, terutama dari kalangan orang muda.
Hampir 70 persen anak muda menandatangani petisi yang menghendaki WFH tetap dipertahankan.Â
Alasan dari sekian banyak anak muda tersebut seperti yang dikemukan bahwa waktu untuk bekerja lebih fleksibel dan pekerjaan menjadi tidak membosankan.Â
Mereka juga tidak perlu lagi berurusan dengan macet dan berbagai persoalan tetek bengek perusahaan atau kantor yang kadang menjadi sumber stres.
Meski demikian tidak berarti WFH tidak memiliki kekurangan. Prof. Dr. Sutinah Dra. MS, sosiolog dan dosen dari Unair mengatakan bahwa WFH telah menyebakan kurangnya interaksi sosial. Orang menjadi lebih individualistis.
Individulistis ini telah meniadakan interaksi sosial. Padahal menurut Prof Sutina, interaksi sosial merupakan syarat utama orang dapat melakukan segala aktivitas. Interaksi inilah yang tidak bisa diganti dengan teknologi. Pertemuan-pertemuan virtual tidak akan pernah bisa menggantikan pertemuan tatap muka karena mempunyai nilai yang sangat berbeda.
Berikut ini adalah plus minus dari work from home (WFH) yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber.
Kelebihan atau yang plus dari WFH.
Pertama menghemat pengeluaran waktu. Orang tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk bahan bakar kenderaan atau ongkos biaya kenderaan bila menggunakan kenderaan umum.