Ternyata kasus serupa telah banyak terjadi di bagian-bagian lain dari negeri ini.
Kita ingat peristiwa penusukan yang menimpa mantan Menko Polhukam Wiranto beberapa waktu lalu oleh orang yang tak dikenal. Akibat dari serangan tersebut, Wiranto mengalami dua luka tusuk dan saat itu langsung dirawat di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.
Saya juga kembali teringat kejadian penusukan oleh orang tak dikenal yang dialami oleh seorang siswa STM Nenuk, Atambua, Kabupaten Belu dalam pekan pameran yang diselenggarakan akhir bulan Agustus lalu di Atambua.Â
Sebelumnya juga telah terjadi kasus penusukan oleh orang tak dikenal terhadap seorang Satpam BNI Cabang Atambua pada Desember tahun lalu.
Meski motif yang melatarbelakangi kasus-kasus penusukan beragam, tetapi yang patut dipertanyakan mengapa kasus-kasus ini terjadi serta-merta di banyak tempat.Â
Para psikolog harus bekerja keras untuk menemukan fenomena kejiwaan dari para pelaku. Mengapa hal ini terus terjadi.
Orang normal tentu tidak melakukan tindakan-tindakan rendah seperti itu. Penusukan seperti itu hanya dilakukan oleh orang-orang dengan gangguan kejiwaan yang serius.
Tindakan penusukan itu dari sisi hukum jelas masuk dalam tindakan kriminalitas. Apalagi sampai menghilangkan nyawa orang.
Sekali lagi pertanyaan besarnya, mengapa orang tega melakukan tindakan keji semacam itu. Mengapa orang begitu enteng menghabisi nyawa orang hanya demi memuaskan hasrat membunuhnya.
Setiap pelaku pasti memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda dan tentu tidak bisa disamakan, tapi ada satu kesamaan yaitu keberaniannya untuk betindak keji. Pasti ada sesuatu yang mendorongnya untuk bertindak keji seperti itu.
Banyak faktor psikologis yang membuat pikiran rasional para pelaku menjadi tumpul atau bahkan mati.Â