Biasanya menjelang Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ada sejumlah tokoh atau pejuang yang diusulkan untuk dijadikan Pahlwan nasional.
Pada tahun ini ketika Indonesia hendak merayakan hari jadinya yang ke-77, ada beberapa nama yang diusulkan dimana salah satunya adalah Ratu Kalimanyat. Ia dinilai sebagai pejuang yang dengan kegigihannya melawan bangsa Portugis. Meski banyak kontroversi mengitari sang Ratu tetapi menurut pendapat beberapa orang, gelar pahlawan pantas disematkan kepadanya.
Bangsa Portugis-bangsa yang dilawan sang ratu memberi gelar kepadanya sebagai rainha de Japara, senhora poderosa e rica, de kranige Dame, yang berarti Ratu Jepara seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani.
Megawati, mantan presiden RI ke 5 merasa heran mengapa bangsa penjajah mengakuinya sebagai pahlawan tetapi bangsa sendiri tidak mengakuinya.
Ini menjadi sesuatu yang paradoks. Maka bagi Megawati pantas, bila Ratu Kalimanyat diangkat jadi pahlawan nasional menjelang HUT kemerdekaan RI yang ke 77.
Pada kesempatan yang sama sebagaimana dikutip dari detiknews, Megawati juga mengatakan bahwa ia menerima aspirasi agar Soeharto juga mendapat gelar nasional. Kok bisa?
Sabar. Yang dimaksud oleh Megawati bukanlah Soeharto mantan presiden ke 2 RI. Memang beberapa waktu lalu ada juga aspirasi dan usulan agar Soeharto diangkat menjadi pahlawan nasional. Akan tetapi rupanya masyarakat belum terlalu rela dan mengiklaskannya menjadi pahlawan nasional.
Tentu masih segar dalam ingatan kolektif bangsa ini bagaimana Soeharto telah membawa bangsa ini menuju jurang kehancuran di tahun 1998. Indonesia mengalami resesi yang mengerikan. Bangsa kita saat itu mirip-mirip Srilangka saat ini.
Orang-orang tak dikenal menebar kebencian di mana-mana. Saudara-saudara kita Tionghoa menjadi sasaran empuk para preman tak bernama ini. Entah apa kesalahan mereka sampai mereka menjadi sasaran empuk saat itu.
Khaos. Itulah gambaran bangsa kita di penghujung kekuasaan otoriter Soeharto di tahun 1998. Ketika menggulingkan Soekarno, ia menggunakan people power untuk melegitimasi kekuasaannya. Dengan cara yang sama, ia pun turun dari tahta kekuasaannya yang telah dipertahankan selama 32 tahun.
Lalu apakah Soeharto tidak pantas menjadi pahlawan nasional?
Pantas dan tidak pantas, biarkan sejarah yang nantinya membuktikannya. Memang pada masanya ia telah menciptakan stabilitas nasional. Bahkan Indonesia pernah dijuluki macan Asia. Tetapi ternyata semua itu hanya bersifat semu.
Mungkin suatu saat gelar pahlawan nasional bisa disematkan kepadanya. Namun saat ini ingatan kolektif bangsa ini belum mengijinkan gelar itu untuknya.
Lalu mengapa Megawati mengusulkan dia agar dijadikan pahlan nasional?
Ternyata yang dimaksud Megawati bukan Soeharto presiden ke-2 RI tersebut melainkan dr. Soeharto yang semasa hidupnya mempunyai kedekatan spesial dengan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama.
Bahkan dikatakan, sejak tahun 1942 ia telah didapuk menjadi dokter pribadi kedua proklamator itu.
Lalu apa saja syaratnya seseorang menjadi pahlawan nasional? Adapun syarat-syarat seseorang menjadi pahlawan nasional diatur dalam UU Nomor 20 tahun 2009, pasal 25 tentang gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan.
Syarat-syaratnya sebagaimana dikutip dari Tempo.co adalah sebagai berikut. Pertama, orang itu adalah warga negara Indonesia atau yang berjuang di wilayah yang sekarang menjadi wilayah NKRI. Kedua, memiliki integritas moral dan keteladanan yang baik. Ketiga, berjasa bagi bangsa dan negara. Keempat, berkelakuan baik. Kelima, setia dan tidak menghianati bangsa dan negara. Dan yang keenam, tidak pernah dipinana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Keenam syarat umum di atas menjadi prasyarat utama dan menjadi catatan bila seseorang hendak dianugerahi gelar sebagai pahlawan nasional.
Walau demikian ada pula syarat khusus yang juga menjadi prasyarat seseorang dianugerahi gelar pahlawan nasional. Syarat-syarat itu antara lain, pernah memimpin atau melakukan perjuangan mengangkat senjata melawan penjajah demi mencapai, merebut atau mempertahankan kemerdekaan bangsa ini dan catatannya tidak pernah menyerah sampai titik darah penghabisan. Selain itu, gelar pahlawan nasional juga bisa dianugerahkan kepada seseorang yang melakukan perjuangan dan pengabdian kepada negara melebihi tugas yang diemban semasa hidupnya.
Gelar itu bisa juga disematkan kepada seseorang yang pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang mempengaruhi dan menunjang gerak pembangunan bangsa ini.
Ratu Kalimanyat dan dr. Soeharto adalah dua orang yang telah memenuhi kriteria di atas. Tetapi untuk kepantasan dan kelayakan mereka menjadi pahlawan nasional akan ditentukan dengan suatu kajian yang mendalam terhadap hidup, perjuangan, dan kegigihan mereka di bidang dan medan perjuangan masing-masing.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI