Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebagaimana laporan CNN Indonesia, sudah terdapat 10 orang suspek (bergejala) monkeypox di Indonesia.
Dari hasil pemeriksaan diketahui 9 orang dinyatakan negatif sedangkan 1 lagi masih menunggu hasilnya.
Ini sangat meresahkan dan menimbukan kecemasan. Apalagi kita pun belum benar-benar pulih dari covid-19 yang telah memporak-porandakan tatanan kehidupan kita.
Menurut catatan WHO cacar monyet atau monkeypox merupakan sebuah penyakit menular yang cukup meresahkan karena telah menyebar di kurang lebih 70 negara.
Untuk WHO, penyebarannya yang masif ini membuat wabah monkeypox telah memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai darurat kesehatan di seluruh dunia.
Monkeypox merupakan sejenis penyakit langka yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui hewan (zoonosis) dengan dua cara transmisi, yaitu transmisi dari hewan ke manusia dan transmisi dari manusia ke manusia.
Transmisi dari hewan ke manusia dapat terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi atau melalui gigitan. Selain itu bisa juga melalui kontak dengan daging mentah atau daging setengah matang dari binatang liar yang sudah terinfeksi monkeypox.
Sedangkan transmisi dari manusia ke manusia terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau sentuhan dengan kulit si penderita yang terinfeksi monkeypox atau cacar monyet. Bisa juga transmisi melalui media seperti baju, kain, atau sprei dari pasien yang terinfeksi. Selain itu juga, transmisi bisa melalui kontak langsung dengan droplet atau sekret pernapasan si penderita yang telah terinfeksi monkeypox.
Penyakit yang ditemukan di Afrika Tengah dan Barat ini mempunyai gejala seperti demam, sakit kepala yang kontinu, pembengkakan pada kelenjar limfa, nyeri punggung, nyeri otot, dan tubuh seperti kekurangan energi.
Gejala ini akan berlanjut dengan munculnya ruam yang mula-mula seperti bintik kecil menyerupai cacar yang berisi cairan bening atau seperti nanah lalu akan mengeras. Ruam-ruam ini akan menghilang dengan sendirinya setelah 3 minggu.
Menurut Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman, seperti dinukil  Kompas.com, mengatakan bahwa realitas ini mengharuskan bangsa-bangsa di dunia melakukan upaya secara global dengan dukungan finansial  untuk deteksi, respon, dan riset berkaitan dengan cacar monyet tersebut.
Lebih lanjut, Budiman menyampaikan bahwa meski sudah ditetapkan sebagai darurat kesehatan, tetapi WHO sampai saat ini belum menetapkan wabah monkeypox sebagai pandemi karena belum memenuhi kriteria untuk ditetapkan sebagai pandemi sebagaimana covid-19.
Kita tahu bahwa suatu wabah akan dinyatakan sebagai pandemi bila wabah penyakit tersebut telah terjadi serempak di mana-mana di seluruh negara yang meliputi seluruh benua.
Dalam kasus monkeypox, kriteria untuk ditetapkan sebagai pandemi sebagaimana telah dijelaskan di atas belum terpenuhi.
Namun sejak WHO menetapkannya menjadi darurat kesehatan pada 23 Juli 2022 lalu, semua negara mulai mengantisipasinya dengan berbagai cara.
Indonesia melalui Kemenkes telah melakukan berbagai tindakan preventif untuk memproteksi diri dari cacar monyet yang meresahkan ini.
Meski dari 10 orang suspek yang ditemukan di Jawa Tengah (Jateng), 9 orang telah dinyatakan negatif tetapi terus mewaspadainya adalah sebuah keharusan agar tidak terjadi kejadian-kejadian yang tidak kita inginkan bersama.
Kewasapdaan dan kehati-hatian mesti menjadi perhatian utama. Sebab namanya wabah, tidak akan membutuhkan waktu lama untuk menyebar dari satu tempat ke tempat yang lain. Apalagi dengan kenyataan pergerakan manusia yang cair seiring penetapan status pandami covid-19 menjadi endemi.
Pemerintah perlu melakukan pengetatan keluar masuk orang di terminal-terminal penerbangan secara intensif agar bisa dideteksi lebih awal sebelum menyebar.
Memperkuat sistem pengawasan terhadap penyakit monkeypox juga merupakan jalan untuk menghentikan penyebarannya.
Melalui Satgas Monkeypox PB IDI, pemerintah perlu memperketat skrining di pintu-pintu masuk pelabuhan, bandara, dan PLBN-PLBN (Pos Lintas Batas Negara) yang ada. Hal ini harus menjadi perhatian serius dari pemerintah mengingat asal wabah ini dari luar negeri.
Prof Zubairi Djoerban dari IDI menegaskan, meski kasus suspek di Jateng itu belum jelas statusnya, tetapi pemerintah perlu mewaspadai temuan itu dan jangan menganggap enteng seperti awal temuan covid-19 dua tahun lalu.
Respon layanan kesehatan seperti deteksi dini, vaksin, terapi dan pelacakan kontak diupayakan semaksimal mungkin terhadap setiap orang yang datang dari negara-negara yang telah lebih dahulu mendeteksi adanya monkeypox di negaranya.
WHO menegaskan, usaha pencegahan yang digencarkan haruslah merupakan upaya kolektif dari semua negara di planet ini. Pertukaran informasi kesehatan global menjadi suatu keharusan agar masalah global ini bisa diatasi bersama-sama.
Intinya, kita semua harus tertib dan sadar soal menjaga kesehatan dan kepatuhan kita terhadap protokol kesehatan.
Pola hidup yang sehat menjadi kunci agar terhindar dari wabah tersebut sebagaimana ketika berhadapan dengan covid-19. Selain itu, hal yang paling penting dan tidak boleh dilupakan yaitu jangan menganggap enteng wabah ini.
Waspada dan hati-hati dan tetap setia dengan prokes adalah syarat untuk kita tetap sehat dan terhindar dari wabah-wabah mematikan yang mulai akrab dengan umat manusia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI