Menulis tentang anak dengan down syndrome membangkitkan kembali memori kepada seorang anggota keluarga saya, yaitu paman bungsu dari pihak ibu.
Pamanku tersebut usianya lebih tua tiga tahun dari saya.
Sejak kelahirannya, nenek dan kakek sudah menyadari ada sesuatu yang tidak biasa dari bayi mereka.
Dan keanehan itu semakin bertambah seiring pertumbuhannya. Di usia 6 bulan hingga 1 tahun perkembangannya tidak lazim seperti bayi norma umumnya.
Anak normal biasanya lehernya sudah tegak dan tidak layu lagi tetapi paman bungsu ini berbeda.
Sampai dengan usia 3 tahun pun keadaan itu tetap, bahkan ia belum mampu berbicara sekedar mengucapkan kata "mama". Ia pun belum bisa berjalan layaknya anak-anak seusianya.
Bertahun-tahun kemudian baru diketahui, ternyata paman adalah salah satu penderita down syndrome.
Hidup bersama dengannya sejak kecil hingga dewasa meninggalkan berbagai pengalaman unik bagi keluarga kami.
Di dalam dunia kedokteran, down syndrome dikenal sebagai suatu kelainan genetik yang terjadi akibat kelainan kromosom.
Saya tahu itu setelah kami sama-sama mulai bertumbuh sebagai remaja dan beranjak dewasa. Bila memakai ukuran stadium untuk para penderita down syndrome, maka paman bungsuku ini mungkin berada pada stadium akhir.
Saya juga pernah bertemu dengan beberapa orang dengan down syndrome seperti paman bungsuku ini tapi tingkat keparahan mereka tidak sebanding dengan paman.