Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menjadi Generasi Sandwich, Sebuah Beban atau Kewajiban?

19 Juni 2022   20:46 Diperbarui: 20 Juni 2022   11:55 1303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Sandwich (Sumber gambar dari id.theasianparent.com)

Para kompasianer tentu pernah mendengar tentang generasi sandwich. Istilah ini merujuk pada jenis makan fast food khas Amerika sandwich atau roti lapis yang mana isian roti terjepit di antara dua lapis roti.

Biasanya generasi sandwich adalah generasi yang terjepit di tengah-tengah antara keluarga sendiri, orangtua, kakak adik.

Kebanyakan seseorang yang berusia 30-an atau 40-an bisa saja terjepit pada dua tanggung jawab finansial sekaligus.

Tanggung jawab finansial menghidupi keluarga sendiri (istri dan anak-anak) dan tanggung jawab finansial menghidupi orangtua atau keluarga besar seperti adik yang masih sekolah, dan lain-lain merupakan ciri khas generasi sandwich.

Fenomena ini menjadi lumrah, sebab ada sebagian pandangan bahwa seseorang yang sudah sukses baik dalam karier maupun hidupnya mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga besarnya.

Hitung-hitungannya, dengan berbuat demikian seseorang hendak menunjukkan rasa baktinya kepada keluarga besar atau khususnya orangtua.

Lalu, apakah menjadi generasi sandwich adalah beban atau merupakan sebuah kewajiban?

Sebuah pertanyaan yang gampang-gampang sulit. Tapi melihat dan mencermati fakta di tengah kehidupan masyarakat, fenomena generasi sandwich ini, bisa saja menjadi sebuah beban.

Ada pula yang melihatnya sebagai kewajiban bagi orang ua, kakak dan adik yang memang tidak memiliki kesempatan dan keberuntungan yang sama seperti dirinya sendiri.

Apabila itu adalah beban, maka beban yang paling utama adalah beban finansial. Ada beban finansial yang cukup berat bagi seseorang yang harus mempunyai tanggung finansial ganda.

Nah belajar dari fakta demikian, seseorang bisa saja menjadi bergerak sebagai pemutus siklus dari mata rantai generasi sandwich ini.

Agar siklus generasi sandwich tidak berputar-putar secara terus-menerus membentuk semacam lingkaran tanpa akhir, maka sebaiknya beberapa hal praktis ini harus dilakukan.

Pertama, kita harus membangun kondisi keuangan yang sehat. Membangun keuangan yang sehat dimulai bukan baru dimulai saat usia sudah hampir memasuki senja.

Menata keuangan yang sehat harus sudah dimulai sejak dini memiliki penghasilan sendiri. Kebiasaan pengeluaran konsumtif yang tinggi  harus dihindari agar keuangan tetap sehat. Sambil menyisihkan penghasilan kita untuk tabungan pensiun.

Kebiasaan mengatur keuangan yang sehat memudahkan kita menjalankan rencana-rencana masa depan terutama persiapan untuk masa pensiun di hari tua agar jangan menjadi beban bagi anak-anak.

Kedua, menabung dana pensiun jauh-jauh hari. Ada yang mengatakan bahwa kunci sukses menabung adalah spend less and save more. Dan memang benar, kalau mau menabung mesti mengurangi pengeluaran. 

Untuk mengatur agar tidak menghabiskan uang untuk berbelanja barang-barang yang tidak dibutuhkan, maka harus dibuat sebuah perencanaan yang matang. Dengan menghemat belanja makin banyak uang yang bisa ditabung.

Menabung untuk hari tua juga bisa memakai jasa beberapa bank yang telah khusus menyediakan layanan untuk simpanan hari tua.

Ketiga, berhati-hati dengan utang jangan sampai utang menciptakan kesengsaraan baru bagi kita.

Utang bukanlah sebuah masalah bila dilakukan dengan perhitungan yang sistematis. Namun bila dilakukan secara serampangan maka percayalah, itu akan menjadi bencana untuk kita sendiri.

Karena itu berhati-hatilah terhadap utang yang bersifat konsumtif. Jika terpaksa harus berutang, maka pilihlah jangka waktu yang tepat sehingga utang itu tidak menjadi beban bagi kita di hari tua.

Keempat, melengkapi kebutuhan proteksi diri yang tepat. Kita juga bisa melengkapi proteksi hari tua dengan berbagai asuransi kesehatan dan asuransi kerja seperti BPJS tenaga kerja dan BPJS kesehatan, atau bisa juga asuransi yang benar-benar dipercaya.

Generasi Sandwich (Sumber gambar dari id.theasianparent.com)
Generasi Sandwich (Sumber gambar dari id.theasianparent.com)
Selain itu bentuk proteksi diri yang lain adalah dengan berinvestasi. Pilih produk investasi yang cocok kemudian berinvestasilah. Sebab buah dari investasi adalah return profit yang mempercepat tujuan finansial kita.

Inilah beberapa hal yang menjadi kunci bagaimana kita bisa memutuskan siklus generasi sandwich ini.

Apalagi hasil riset dari sebuah lembaga penelitian dari Amerika Serikat telah membuktikan bahwa usia harapan hidup produktif di Indonesia telah meningkat rata-rata 7,4 sampai dengan 8,7 tahun.

Dengan melihat tren positif ini, maka kita bisa mulai merancang masa tua kita dari sekarang agar bernilai positif dan tidak turut menciptakan generasi sandwich bagi anak cucu kita kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun