Walaupun belum tentu juga kekurangan uang dinilai dari cara berpakaian. Bisa saja cara berbelanja model thrifting adalah salah satu cara berhemat.
Walaupun dengan berbelanja pakaian bekas ada beberapa sektor industri yang macet, misalnya industri garmen tetapi setidaknya dengan cara itu para peminat thrifting telah berpartisipasi dalam menyelamatkan bumi dari sampah dan emisi karbon.
Ada beberapa manfaat dari thrifting, yaitu mengurangi limbah pakaian, mengurangi polusi kimia, dan menghemat biaya.
Berdasarkan data dari UNEP (United Nations Environment Programme), setiap tahun, industri fashion menggunakan 93 miliar meter kubik air dan sekitar 20% air limbah industri fashion di seluruh dunia berasal dari pencelupan dan pengolahan kain.
Data tersebut mengindikasikan bahwa industri fashion bertanggung jawab atas 10% emisi karbon global tahunan.
Oleh para pemerhati lingkungan hidup diperkirakan emisi karbon ini akan melonjak lebih dari 50% pada tahun 2030.
Dengan berbelanja pakaian bekas yang masih layak pakai, para peminat thrifting telah menekan industri garmen mengurangi produksinya. Dengan demikian, limbah produksi dan gas emisi karbon yang dihasilkan juga berkurang.
Sementara itu soal menghemat biaya, thrifting sangat menguntungkan karena harga pakaian-pakaian bekas super duper murah.
Harga pakaian-pakaian bekas thrit shop atau gerai-gerai rombengan berkisar dari Rp 10.000 hingga Rp 100.000.
Ini jelas menghemat begitu banyak sehingga uang sisa belanja bisa dibuat untuk menabung maupun untuk kebutuhan-kebutuhan lain yang juga tidak kalah penting.
Walaupun menguntungkan, tetapi thrifting juga memiliki efek negatif.
Dari sisi hiegenis, pakain-pakaian bekas memang tidak dijamin kebersihannya. Namun itu bisa diatasi dengan cara, mencucinya dengan deterjen anti kuman agar kuman-kuman di pakaian-pakaian bekas itu hilang sebelum dipakai.