Kebiasaan berbelanja pakaian bekas merupakan perilaku ramah lingkungan sebab memanfaatkan pakaian bekas yang sudah seharusnya menjadi sampah.
Belanja pakaian bekas adalah cara memberi pakaian-pakaian itu kehidupan baru.
Bila peduli lingkungan dihubungkan dengan belanja pakaian bekas, maka masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang paling peduli lingkungan.
Hal ini bisa terlihat dari minat masyarakat Indonesia terhadap pakaian bekas yang terbilang cukup tinggi.
Berkarung-karung dan berton-ton pakaian bekas yang dijajakan di pasar atau gerai-gerai penjualan ludes tak berbekas.
Kita tidak tahu bagaimana banyaknya sampah yang mencemari lingkungan bila pakaian-pakaian bekas ini tidak ada yang meminati.
Konsep thrifting sangat mendukung kampanye zero waste. Hal ini disambut baik oleh banyak kalangan.
Pakaian-pakaian bekas yang dibeli dari pasar rombengan atau gerai-gerai pakaian bekas tak kalah kualitasnya dengan yang dibeli di tokoh pakaian.
Keuntungan lainnya dari thrifting adalah busana yang lebih awet dan tidak mudah rusak dikarenakan sudah terbukti oleh pemilik sebelumnya.
Pembeli juga dapat menemukan barang-barang langka yang jarang dijumpai. Bahkan pembeli mungkin saja mendapatkan barang limited edition yang sudah tidak diproduksi.
Kondisi tersebut membuat orang-orang lebih memilih pakaian bekas dibandingkan baru, sehingga menimbulkan stigma bahwa menggunakan pakaian bekas merupakan tanda kekurangan uang.