Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perpusatakaan Ledalero: Sebuah Perpustakaan Recommended di Nusa Tenggara Timur

22 Mei 2022   16:27 Diperbarui: 22 Mei 2022   21:46 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara soal perpustakaan manual, barangkali bagi mereka yang menyebut diri Gen Z merasa lucu dan bahkan mungkin juga menertawakan topik ini.

Ini sungguh beralasan. Sebab dunia mereka saat ini adalah dunia digitalisasi yang semuanya bergerak sangat cepat dan serba online.

Bahkan buku-buku yang dicetak oleh penerbit-penerbit pun tidak lagi dilirik karena semua sudah tersedia secara online.

Namun sebenarnya itu adalah sebuah pemikiran yang keliru. Sebab keberadaan perpustakaan masih sangat relevan.

Buku adalah jendela dunia. Sebagai jendela dunia, buku bisa memberitahu kita beragam pengetahuan dari berbagai belahan dunia meski kita belum menginjakkan kaki secara langsung.

Begitu pula cara berbicara, cara berpikir, atau cara kita menulis tergantung dari seberapa sering kita membaca buku.

Berbicara tentang perpustakaan, saya mempunyai satu perpustakaan yang layak untuk direkomendasikan.

Sebuah perpustakaan top yang merupakan tempat favorit saya waktu masih mahasiswa.

Perpustakaan ini selain karena dikelolah secara profesional, buku-buku baik ilmiah, profan maupun sastra cukup lengkap di sini.

Bahkan setelah bertanya sana sini, ternyata perpustakaan favorit saya tersebut mungkin adalah salah satu perpustakaan terbaik di Nusa Tenggara Timur.

Nama perpustakaan itu adalah Perpustakaan Ledalero sesuai dengan nama di mana perpustakaan ini dibangun.

Ledalero dalam bahasa daerah setempat (bahasa Sikka) berarti bukit sandaran matahari.
Sebuah tempat eksotis nan indah, tempat pembinaan dan sekolah tinggi untuk para calon imam dan awam.

Pada awalnya, perpustakaan ini dibangun dengan tujuan menyediakan sumber-sumber bacaan dan pustaka bagi mahasiswa-mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafata Ledalero.

Mulanya koleksi buku dan majalah di perpustakaan ini paling banyak dalam bahasa Belanda, Jerman, dan Latin.

Maklum, banyak dosen dan pengajar waktu itu adalah pastor-pastor Belanda dan Jerman. Sedangkan buku-buku berbahasa Latin, sebab pada waktu itu bahasa pengantar kuliah STFK Ledalero dalam bahasa Latin sesuai tuntutan Gereja waktu itu.

Saat ini pengelolaan perpustakaan Ledalero dilakukan secara profesional menggunakan standar internasional.
Sumber bacaan berupa buku dan majalah yang bervariatif membuat para pengunjung betah berlama-lama di sana.

Pengelolaan  perpustakaan juga terus diupayakan untuk menyediakan pelayanan terbaik bagi para pengunjungnya.

Mahasiswa-mahasiswa dibuat nyaman bila berkunjung ke sana. Hampir semua sumber pengetahuan tersedia. 

Pelayanan yang diberikan oleh para pustakawan yang mengelolah perpustakaan ini juga memuaskan.

Buku-buku mulai dari zaman lampau hingga buku-buku yang sedang ternd saat ini pasti ada di perpustakaan Ledalero.

Perpustakaan Ledalero telah memakai sistem klasifikasi decimal (Decimal Classification) sebagaimana yang dipakai dalam dunia perpustakaan internasional. 

Klasifikasi ini dilengkapi dengan sistem katalog dengan menggunakan kartu atau komputer.

Perputakaan ini sering dipakai mahasiswa perguruan tinggi baik dari dalam maupun luar negeri untuk mencari sumber rujukan. Sering pula dipakai oleh para peneliti untuk mencari sumber penelitian pustakanya.

Buku-buku tua dalam bahasa Belanda dan Jerman diberi ruang tersendiri, sedangkan buku-buku khusus berhubungan dengan berbagai topik mengenai Flores dan Nusa Tenggara Timur mendapat ruang tersendiri.

Walaupun perpustakaan ini mengandung sistem tertutup artinya para peminjam tidak diperkenankan mengambil buku sendiri, tetapi para peminjam dimudahkan dengan sistem klasifikasi dalam katolog yang berupa kartu dan tersedia juga dalam kumputer.

Saat ini perpustakaan Ledalero memiliki kurang lebih 140.000 dengan rincian 120.000 buku ditulis dalam bahasa Indonesia dan sisanya ditulis dalam berbagaia bahasa asing seperti Bahasa Latin, Jerman, Belanda, Italia, Inggris, Prancis, Polandia, Spanyol, Arab, Jepang, Ibrani, Yunani, dan bahasa-bahasa asing lainnya (Sumber: Metanews.com).

Selain buku-buku yang dipinjam, perpustakaan Ledalero juga menyiapkan ruang baca bagi para mahasiswa dan orang luar yang ingin memanfaatkan waktu luangnya untuk membaca buku atau majalah.

Ada sedikit harapan bahwa perpustakaan ledalero selain yang ada saat ini, bisa juga dikembangkan menjadi perpustakaan digital.

Menariknya bahwa saat ini semua informasi tentang ketersediaan buku-buku dan jumlah buku dengan tema-temanya sudah bisa diakses secara online.

Tetapi untuk peminjamannya masih bersifat manual. Belum ada buku-buku digital yang disediakan lewat web resminya.

Walaupin demikian, saat ini perpustakaan Ledalero telah dilengkapi dengan E-Library yang berisi sekitar 10.000 judul buku juga majalah-majalah ilmiah dalam bahasa Inggris dan Indonesia.

Sistem E-Library ini mulai diperkenalkan sejak tahun 2015 dan terus dibenahi untuk menjadi lebih baik lagi hingga saat ini.

Meskipun dalam E-Library perpustakaan Ledalero belum tersedia buku-buku elektronik, tetapi saya yakin dalam waktu yang tidak lama lagi akan tersedia buku-buku elektronik sebagaimana yang diharapkan.

E-Library ini mendesak di era digital ini sebab buku-buku cetak saat ini tidak lagi menarik minat murid, pelajar, dan mahasiswa.

Bagi mereka Gen Z, buku cetak tidak praktis dan tidak mudah dibawa ke mana-mana. Selain itu, harganya yang mahal turut serta menurun minat mereka.

Dibandingkan dengan buku cetak, buku digital lebih praktis dan harganya jauh lebih mudah serta lebih mudah diakses.

Perbedaan dan minat pada buku cetak dan buku digital ini mempengaruhi pula ketertarikan Gen Z pada perpustakaan.

E-library lebih menarik bagi mereka ketimbang perpustakaan manual.

Ada perbedaan yang cukup signifikan antara perpustakaan manual dan perpustakaan digital yaitu soal waktu peminjaman. 

Untuk perpustakaan manual para peminjam dibatasi oleh jam kerja sedangkan perpustakaan digital tidak dibatasi oleh waktu dan mempunyai pelayanan 24 jam tanpa henti.

Kembali kepada perpustakan Ledalero. 

Meskipun terbuka bagi siapa saja, namun perpustakaan ini terutama dialamatkan bagi kepentingan para mahasiswa STFK Ledalero. 

Kampus STFK Ledalero adalah sekolah tinggi yang diselenggarakan untuk mendidik para calon imam dan awam Katolik yang tangguh dan mempunyai pemahaman yang baik tentang kekatolikannya.

Perpustakaan Ledalero sangat recommended sebab merupakan salah satu perpustakaan yang boleh dikatakan terlengkap di Nusa Tenggara Timur.

Untuk keperluan-keperluan penelitian kepustakaan, perpustakaan Ledalero sangat bagus untuk ukuran Nusa Tenggara Timur.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun