Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Apakah Kurikulum Merdeka bisa Jadi Solusi dari Learning Loss bagi Bangsa Kita?

16 Februari 2022   14:47 Diperbarui: 16 Februari 2022   20:58 2385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harus kita akui dampak negatif terbesar yang dihadapi oleh bangsa kita di masa pendemi covid-19 adalah soal pendidikan. Namun itu tidak berarti sebelum itu pendidikan kita baik-baik saja.

Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir peringkat PISA kita tidak pernah beranjak dari dasar. Di tahun 2019 kita hanya menempati ranking 62 dari 70 negara yang diuji berkaitan dengan tingkat literasi (Tribunnews.com). 

Karena itu pemerintah melalui kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Tekhnologi Republik Indonesia telah merencanakan pemberlakuan Kurikulum Merdeka Belajar mulai tahun ajaran baru 2022/2023 yang diharapkan bisa menjawabi learning loss yang terjadi akibat pandemi ini.

Learning loss menjadi satu penyebab mengapa peringkat PISA kita untuk literasi dan numerasi selalu ada di peringkat bawah. Tetapi apa sebenarnya learning loss? 

Learning Loss adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan hilangnya pengetahuan dan ketrampilan baik itu secara umum maupun spesifik. Kehilangan pengetahuan dan ketrampilan ini menyebabkan terjadinya kemunduran proses akademik.

Ada faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya learning loss. Biasanya itu berupa libur panjang, putus sekolah, dan ditutupnya pembelajaran tatap muka.

Faktor yang memperparah learning loss saat ini adalah ditutupnya Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Setelah PTM ditutup, para guru sepertinya gagap, tidak tahu harus berbuat apa untuk para siswanya.  

Pembelajaran daring yang dilakukan belum menjadi jaminan tidak terjadinya learning loss karena memang metode itu terpaksa dilakukan para guru karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakannya PTM.

Pelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk para guru terkesan buru-buru dan memang terpaksa harus dilakukan untuk mengisi kekosongan yang ada.

Untuk guru-guru yang tidak bisa mengirim tugas online karena terkendala jaringan, memilih mengirimkan tugas-tugas langsung ke rumah siswanya.

Siswa kelas 1 SD dikirimi tugas dengan bacaan-bacaan yang panjang, sedangkan mereka belum tentu sudah mahir membaca. Akhirnya kesan yang ada, PJJ yang dilakukan hanya asal-asalan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun