Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Omicron dan Kita: Waspada Boleh, Takut Jangan

8 Februari 2022   22:21 Diperbarui: 8 Februari 2022   22:34 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Omicron ( KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo)

Setelah nyaman beberapa waktu, kini kecemasan mulai kembali melanda. Ancaman covid-19 gelombang ke-3 melalui galur Omicron di depan mata.

Semua wilayah yang sudah tenang kini kembali mencekam. Untungnya hampir 80% masyarakat sudah divaksin. Bahkan vaksin booster sementara gencar-gencarnya diberikan kepada masyarakat lewat pusat-pusat pelayanan kesehatan terdekat.

Media massa mulai menurunkan berita-berita tentang omicron, si varian baru covid 19.

Statistik penularan yang sempat melandai di awal tahun, kini mulai menanjak. Landainya kasus positif ditunjukkan selain dengan angka, juga dengan banyaknya wilayah yang sebelumnya zona merah, telah kembali ke zona hijau. Ada yang sebelumnya PPKM level 3  dan 4 akhirnya turun ke level 2 dan level 1.

Tetapi itu tidak bertahan lama. Semua daerah sekarang siaga 1 menanti gelombang ke-3. Bahkan laporan dari CNBC Indonesia mengatakan pemerintah telah memutuskan untuk memasukkan wilayah Aglomerasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) ke PPKM level 3.

Tak hanya itu, pemerintah juga memastikan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Bali dan Bandung Raya selama sepekan mendatang akan menerapkan PPKM level 3.

Di daerah-daerah ini, penambahan kasus Omicron sudah meningkat drastis melebihi saat varian delta mulai menyebar beberapa waktu lalu.

Bagaimana dengan wilayah-wilayah lain? Tinggal menunggu waktu bila tidak diantisipasi dengan segera.

Pak Luhut sendiri mengaku bahwa naiknya tingkat penularan Omicron ini disebabkan bukan hanya tingginya kasus penularan melainkan karena rendahnya tracing.

Mengapa tracing menjadi penting, karena inilah yang bisa memutus mata rantai penyebarannya virus. Dengan tracing orang-orang yang sudah memiliki kontak erat dengan pasien tidak lagi menjadi agen penularan baru.

Memang, hampir semua orang sudah divaksin. Akan tetapi vaksin tidak menjamin seseorang tidak bisa tidak lagi tertular virus corona.

Dengan vaksin, otomatis daya imun tubuh makin tinggi dan antibodi yang terbentuk untuk melawan virus corona juga sudah ada di dalam tubuh sehingga mampu menangkal virus. 

Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan untuk seseorang yang sudah divaksin itu bisa terinfeksi lagi. Bahayanya, bila terinfeksi virus namun tidak menunjukkan gejala. Mereka ini akan menjadi OTG. 

Para OTG atau orang tanpa gejala inilah sebenarnya yang sangat berbahaya karena mereka bisa menjadi sumber penularan bagi orang lain.

Apalagi dengan tracing yang rendah, maka bisa dipastikan para OTG bebas berkeliaran ke mana-mana.

Sekedar untuk diketahui Total pasien Omicron di Indonesia dengan melansir data dari kemkes.go.id, per hari ini, Selasa 8 Februari 2022, penambahan kasus positif baru  25.269. Yang meninggal baru hari ini berjumlah 54 orang.  Bandingkan dengan update kasus baru awal bulan Januari yang hanya berkisar antara 1000 -- 2000 an.

Dengan memperhatikan trend kenaikan kasus yang tidak terkendali ini, maka kita harus memasang sikap waspada yang tinggi. Kerumunan-kerumunan yang tidak perlu untuk sementara ditiadakan.

Kalau memang daerah kita belum masuk dalam level 3 atau 4, sebaiknya kita mengekang diri dan selalu mematuhi protokol covid seperti pakai masker, cuci tangan, dan memghindarkan diri dari kerumunan-kerumunan.

Protokol kesehatan harus kembali menjadi prioritas utama. Daerah-daerah terus memperketat pergerakan orang di tempat-tempat umum yang berpotensi menjadi klaster penyebaran.

Bahaya memang di depan mata. Tetapi kecemasan dan ketakutan berlebihan justru memperburuk keadaan. Waspada boleh, tapi takut jangan.

Baiklah kita memproteksi diri dengan tetap memperhatikan apa yang bisa kita lakukan sendiri.

Pertama, kita harus membatasi diri untuk sementara tidak keluar ke mana-mana. Karena dengan berkurangnya pergerakan manusia dari satu kota ke kota lain telah terbukti efektif mengurangi tingkat penularan virus ini.

Kita mesti berbesar hati dan membiarkan pemerintah mengambil kebijakan yang perlu untuk mengatasi persoalan. Dengan berdiam diri dan membatasi pergerakan kita yang tidak perlu, maka kita telah mengambil bagian dalam memutus mata rantai penyebaran virus ini.

Kedua, hentikan saling sindir bahkan berkelahi yang tidak perlu di media-media massa dan media sosial di mana kita selalu menganggap diri benar sendiri dan orang lain selalu salah.  Mari berjibaku menahan lajunya virus corona gelombang ke 3 melalui galur omicron ini dengan  stay positif thinking.

Ketiga, proteksilah diri dengan vaksin. Di samping itu tetap taat dan setia pada protokol kesehatan covid yang ada. Salah satu kelalaian kita adalah tidak taat.

Bagi semua yang sudah vaksin bahkan yang telah menerima vaksin booster sekalipun, tidak boleh lengah dalam proteksi diri ini.

Diri kita boleh aman tetapi tidak demikian dengan orang lain. Apalagi mereka yang rentan terhadap  virus ini, yaitu orang-orang tua yang sudah lanjut usia dan mereka yang sementara menderita penyakit tertentu.

Meskipun vaksin meningkatkan daya tahan tubuh terhadap virus, tetapi kekuatan tubuh manusia dalam merespon vaksin dalam membentuk antibodi berbeda-beda untuk setiap orang.

Keempat, jangan lupa untuk selalu memproteksi diri juga dengan doa. Mari bersama-sama berharap virus ini cepat berlalu sehingga kita bisa hidup normal seperti sedia kala.

Salam sehat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun