Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Metaverse: Teknologi yang Menjanjikan atau Teknologi yang Mengancam?

31 Desember 2021   07:35 Diperbarui: 31 Desember 2021   07:39 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Suatu saat ketika membuka instagram tampilan di bawahnya yang biasanya tertulis from facebook sudah berganti menjadi from meta. Bingung juga pertamanya. Tetapi lambat laun saya pun menerimanya sebagai sesuatu yang lumrah. Saya berpikir, mungkin bos facebook, Mark Zuckerberg sudah bosan dengan nama facebook sehingga menggantinya dengan meta.

Membaca kata meta, pikiran saya kembali dibawa ke semester demi semester saat kuliah di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero. Pertama masuk kuliah, kami sudah diperkenalkan dengan filsafat barat kuno, sejarah pemikiran modern, dan beberapa mata kuliah dasar lainnya yang berkaitan dengan filsafat. Setelah beberapa semester bergelut dengan filsafat dasar, saya bersama teman-teman mulai disuguhkan dengan materi-materi berat filsafat. Dan yang saya ingat ketika membaca kata meta adalah satu mata kuliah yang namanya Metafisika.

Dalam metafisika saya mempelajari tentang segala hal yang bukan fisik. Mata kuliah ini menghantar saya untuk memahami apa yang ada di balik apa yang kelihatan atau apa yang bisa diinderai ini.

Dengan metafisika, orang mulai mencari penyebab dari segala sesuatu yang terjadi. Orang tidak hanya diantar untuk sampai kepada apa yang bereksistensi tetapi orang harus sampai kepada esensi atau hakikat dari semua yang ada.

Itu ilmu di dalam filsafat. Sekarang saya harus kembali kepada kata meta yang telah menjadi nama perusahan Mark Zuckerberg (aplikasi ini tidak hanya dipakai oleh perusahan Zuckenberg tetapi juga  beberapa perusahan lain yang juga sedang mempersiapkan diri mereka untuk masuk dalam dunia maya 3D). Meta atau lebih tepatnya Metaverse (metauniversal) atau Metasemesta sebagaimana yang saya kutip dari Wikipedia adalah  bagian Internet dari realitas virtual bersama yang dibuat semirip mungkin dengan dunia nyata dalam dunia internet tahap kedua. Meta semesta dalam arti yang lebih luas mungkin tidak hanya merujuk pada lingkungan virtual yang dioperasikan oleh perusahaan media sosial tetapi seluruh spektrum realitas berimbuh. Menurut wikipedia istilah ini mulai muncul pada awal 1990-an, dan dikritik sebagai metode membangun hubungan masyarakat dengan menggunakan konsep spekulatif berlebihan yang murni berdasarkan teknologi yang ada.  Secara singkat bisa dikatakan bahwa metaverse adalah ruang virtual bersama yang dapat dijelajahi dengan pengguna lain tanpa bertemu di ruang yang sama.

Metaverse akan menggeser banyak nilai kebersamaan manusia yang sudah tumbuh beribu-ribu tahun. Bagaimana orang-orang menjalani hidup, bersosialisasi, bekerja, bahkan menjalankan bisnis, semuanya akan berubah. Orang nantinya tidak perlu lagi bertemu secara langsung. Kita cukup bertemu secara virtual dalam dimensi 3D yang ditawarkan metaverse. Ini seperti benar-benar nyata, tetapi kenyataannya hanyalah dunia maya.

Keuntungan yang ditawarkan oleh dunia baru dari metaverse ini adalah kemudahan bagi kita untuk membuka peluang tanpa batas dan meraih banyak keuntungan dengan cara yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan. Sedangakan bagi para pelaku di bidang industri kreatif, khususnya digital, desain, dan game, hal ini akan menjadi lahan yang terbuka lebar untuk meraup banyak keuntungan sebab kelebihan metaverse adalah dapat menghadirkan dunia 3D yang serupa dunia nyata.
Sementara itu, yang negatifnya adalah kita akan dibuat seperti menemukan planet baru yang mirip bumi, namun keindahan yang ditemukan di planet itu hanya dibatasi imajinasi.
Dunia imajinasi ini akan menyebabkan renggangnya kekerabatan. Saya tidak dapat membayangkan keluarga-keluarga yang akan terbentuk nanti di dalam dunia internet tahap II ini. Bisa saja kita akrab dan berbasa-basi secara riang gembira dalam dunia maya tetapi di dunia nyata kita akan terasing satu dengan yang lain. Para bos perusahan hanya mengenal karyawan-karyawannya secara virtual, begitu pun sebaliknya. Semua transaksi penjualan akan terjadi di dunia virtual 3D ini alih-alih di dunia nyata. Dampak negatif lainnya, orang kebanyakan akan semakin asik dengan diri mereka sendiri. Nilai solider, toleransi, dan nilai-nilai positif lainnya akan semakin tergerus. Manusia akan semakin individualitis.
Menurut Dr. David Reid, metaverse juga berisiko memperdalam masalah yang ada seperti masalah privasi data dan cyberbullying secara drastis. Ia berpendapat bahwa perkembangan teknologi ini akan mengaburkan batas antara virtual dan realitas. Siapa pun yang menjadi penguasa realitas ini akan memiliki akses ke jumlah data yang belum pernah terjadi sebelumnya. Itu artinya: kekuatan yang tak terhitung jumlahnya.

Kekuatiran di atas merupakan bahaya yang akan datang di masa depan. Namun bahaya lain yang sudah jelas terpampang di mata kita adalah dunia android dan iphone yang menguasai dunia digital dan internet saat ini. Anak-anak sekarang lebih menyosialisasikan diri di dunia maya dari pada di dunia nyata. Anak-anak lebih sibuk dengan hp android atau iphone mereka dari pada orang-orang yang ada di sekitar mereka. Bayangkan bila dunia imajiner yang ditawarkan metaverse telah menguasai sendi-sendi kehidupan maka sudah pasti akan terjadi crush yang tidak main-main. Semua akan bersifat semu.

Namun semua yang negatif itu dipulangkan kembali kepada manusia sang pencipta tekhnologi. Kita tetap sebagai subyek tekhnologi dan jangan sampai menjadi obyeknya. Karena itu dituntut kebijaksanaan dalam mengelola semua itu. Perkembangan tekhnologi digital dan informatika yang pesat merupakan keuntungan bagi manusia untuk semakin memudahkan dan memanusiakan manusia. Kehadirannya jangan sampai mendegradasi kemanusian sebagaimana telah saya kemukakan sebelumnya.

Salam tekhnologi dan salam sehat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun