Arti kata kemanjaan menurut KBBI adalah perihal manja. Sedangkan kata manja sendiri berarti suatu perilaku yang memperlihatkan sikap seseorang yang selalu ingin mendapatkan kasih sayang dari seseorang.Â
Perihal manja ini bisa dikenakan kepada orang dan binatang. Kita pasti pernah mendengar tentang anak manja, orang manja, anjing manja atau kucing manja.Â
Namun manja dalam arti negatif bisa saja berarti orang atau sesuatu menjadi tidak bisa mandiri dan akibat buruknya menyebabkan hilangnya rasa percaya diri, keyakinan diri minim, rasa ketergantungan kepada orang lain besar, dan ketrampilan rendah.
Sifat manja ini bisa juga untuk menggambarkan ciri sebuah bangsa. Bangsa yang selalu dimudahkan oleh pemerintahnya dengan bantuan-bantuan instan yang hanya memenuhi kebutuhan masyarakatnya untuk jangka pendek yang akhirnya memiskinkan kreatifitas dan mengeliminasi kayakinan diri serta merosotnya nilai-nilai kemandirian. Bangsa yang tidak kreatif dan mandiri akan menjadi bangsa yang stagnan, atau jalan-jalan di tempat.Â
Memang masa-masa sulit dan kebangkitan sebuah bangsa akan diuji melewati saat dan waktu. Dan dalam waktu itulah akan terlihat apakah sebuah bangsa memiliki masyarakat yang percaya diri dan mandiri atau tidak.
Bangsa Indonesia pun telah teruji lewat pelbagai hal positif dan negatif melalui waktu yang eksak 76 tahun. Saya tidak ingin menarik waktu yang lebih jauh ke belakang, ke zaman prasejarah, zaman kerajaan-kerajaan atau pun zaman penjajahan karena saya tidak berpretensi mengulas masalah itu.Â
Yang mendapat porsi dalam tulisan ini adalah soal kreatifitas dan ketrampilan anak bangsa (baca: orang-orang miskin) yang sudah tergerus oleh perilaku manja akibat ketergantungan yang tinggi kepeda pemerintah dengan segala bantuan instan yang mengalir ke masyarakat.
Saya tertarik dengan istilah yang dipakai oleh Mgr. Dominikus Saku, Uskup Atambua, soal konsep kemanjaan nasional. Dalam pertemuan singkat dengan beliau dalam silaturahmi Natal para pegawai Pusat Pastoral Keuskupan Atambua ke kantornya, ia menjelaskan kembali panjang lebar pembicaraan antara beliau bersama pemerintah Malaka dan Belu yang datang bersilaturahmi Natal dengannya di Istana Keuskupan.Â
Menurutnya bangsa kita telah dimanjakan oleh SBY selama 10 tahun dan kemudian masih terus berlangsung hingga sekarang di era Jokowi. Menurutnya, masyarakat kita karena dibesarkan dengan situasi manja ini maka mereka hanya melihat kerja sebagai sesuatu yang tidak penting. Menyepelekan kerja itu sendiri sebagai usaha manusia untuk memanusiakan dirinya. Â
Saya tidak bermaksud untuk masuk terlalu dalam ke dalam kebijakan pembangunan kedua pemimpin bangsa ini tetapi hanya mencoba untuk menelisik kepemimpinan mereka yang memanjakan masyarakat miskin dengan program-program mereka.
Ketika Pak SBY berkuasa masyarakat dimanjakan dengan subsidi migas. Segala hal pada pemerintahan SBY disubsidi agar statistik kondisi bangsa terlihat bagus walaupun kenyataannya rakyat sengsara karena subsidi itu tidak tepat sasar.Â