Memaknai Tangisan Ahok

Sedangkan dalam kasus pembacaan nota keberatan yang disampaikan oleh Ahok dalam sidang perdana kasus penistaan agama Islam, dapat dikaji dengan teknik plain folks. Teknik ini menegaskan bahwa sang propagandis (yang menyampaikan propaganda) tidak berbeda dengan kebayakan orang lainnya dan masyarakat pada umumnya. Atau dapat dipahami juga sebagai sebuah imbauan yang mengatakan bahwa pembicara berpihak kepada khalayaknya dalam usaha bersama yang kolaboratif.

Yang menjadi tujuan utama Ahok dalam pembacaan utama nota keberatannya tersebut adalah untuk mempengaruhi pemikiran kaum muslim pada khususnya. Dirinya berupaya menyakinkan bahwa tak pernah ada niat sedikitpun untuk menistakan ajaran agama Islam. Hal itu dikarenakan bahwa keluarga angkat Basuki Tjahaja Purnama memiliki keluarga angkat yang juga menganut agama Islam. Tidak sampai disitu, beberapa saat kemudian munculah sebuah foto yang menggambarkan Ahok sedang mendapatkan pelukan hangat berupa sebuah dukungan agar dirinya kuat menghadapi kasus ini dari seorang yang dikatakan sebagai kakak angkatnya. Dalam foto tersebut sang kakak terlihat mengenakan kerudung yang menjadi ciri khas umat muslimah pada umumnya.

Dapat disimpulkan dengan jelas bahwa pembacaan nota keberatan dalam sidang perdana penistaan agama Islam yang dibacakan oleh Ahok tersebut bukan barang yang kosong. Pemilihan-pemilihan kalimat yang ingin disampaikan memang semua sudah terencana. Foto bersama kakak perempuannya yang mengenakan kerudung yang beredar di sosial media menjadi bumbu yang turut mendukung bahwa Ahok tidak merasa menistakan agama Islam lantaran dia juga berasal dan dibesarkan di lingkungan agama Islam.

Pada akhirnya, Ahok ingin memposisikan dirinya sebagai seorang yang dekat dengan ajaran agama Islam meski dia berasal dari agama yang berbeda. Itulah kiranya poin penting dari apa yang dia sampaikan pada sidang perdana atas kasus yang menimpanya.