Mohon tunggu...
Sutan Dijo
Sutan Dijo Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pria

Saya tinggal di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Di-Ahok-an

29 Januari 2017   16:10 Diperbarui: 29 Januari 2017   16:48 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah keprihatinan akan bangkitnya kelompok-kelompok intoleran berorientasi  transnasional  yg berusaha meradikalisasi dan memecah-belah masyarakat Panglima TNI dan tokoh-tokoh lain memberikan angin segar. Suasana panas yg dihembuskan oleh kelompok-kelompok tsb belakangan ini coba dibendung oleh Panglima TNI, Kapolri maupun Presiden, Wapres, politisi senior dan legislatif.

 Panglima TNI dalam perayaan Natal dan Tahun Baru DPR-MPR-DPD mengecam kelompok-kelompok dan oknum-oknum yg mencoba mengacau keharmonisan Bangsa Indonesia. Beliau memperkenalkan istilah baru : di- Ahok-an, istilah baru yg mengacu pada penyalahgunaan agama untuk menghasut dan mebangkitkan kebencian masyarakat terhadap seorang yg dianggap berbeda pandangan dengan cara memfitnah dengan tuduhan 'penistaan agama'. (Kompas.com, 27 Januari 2017).  Sumpah Pemuda 1928 mengumandangkan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa dalam kebinekaan ; tidak ada  kata satu agama dalam Sumpah Pemoeda 1928.

Presiden SBY dalam kehadirannya di perayaan Natal Partai Demokrat menekankan Bangsa Indonesia adalah bangsa yg bhinneka tuggal ika. Seruan bernada yg serupa dilontarkan oleh Ketua MPR  dan tokoh-tokoh lain dalam perayaan Natal dan Tahun Baru 2017 di DPR-MPR-DPD. Dalam acara itu juga dicanangkan rencana pembangunan gereja, pura dan vihara di kompeks DPR-MPR-DPD. Demikian juga Plt. Gubernur DKI Sumarsono dalam perayaan Natal masyarakat Sulawesi Utara (Unsrat) menekankan bahwa Jakarta bukanlah milik satu agama dan satu suku saja, tetapi milik bersama (Beritasatu.com, 28 januari 2017).

Demikan juga dalam suasana hari raya Imlek 28 januari 2017 Presiden Jokowi, Wapres JK dan SBY turut mengucapkan hari raya Imlek. Ini adalah satu sinyal lagi bagi dukungan akan adanya keharmonisan dan penentangan terhadap intoleransi dari kelompok-kelompok transnasional tertentu yg tidak loyal terhadap NKRI, Pancasila dan Bendera Merah Putih.

Tak ketinggalan Presiden RI ke-2 BJ. Habibie menunjukkan penentangan terhdadap Ahokisasi seseorang. Dengan hangat beliau mengundang dan menerima Ahok-Jarot di kediamannya. Mantan ketua ICMI tsb tentunya tak akan beramah-tamah Ahok jika ia percaya Ahok menghina agamanya.. Ini adalah sinyal dari Habibie bahwa ia menentang Ahokisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun