Untuk fundamental yang bagus ini Presiden Jokowi seharusnekonomiya berterimakasih (jangan malah menyalahkan) kepada Presiden SBY. SBY meletakkan fundamental yang kokoh sehingga ketika perekonomian dunia melambat (sementara saja) perekonomian Indonesia tidak terlalu turun drastis. Ketika SBY mulai memerintah APBN baru sekitar Rp300T, diakhir pemerintahan sudah diatas Rp. 1000T. Pendapatan perkapita dari USD1000-an mejadi sekitar USD3500. Cadangan devisa naik dari sekitar 30 miliar USD menjadi sekitar 115 miliar USD (di era Jokowi sekarang turun lagi karena krisis). Utang kepada IMF dilunasi.
Warisan SBY ini membuat ekonomi Indonesia relatif tahan guncangan sementara pemerintahan Jokowi belum menghasilkan apa-apa. (Baru mulai akan membangun berbagai infrastruktur baru yaitu jalan, pembangkit listrik, bendungan, kereta api, pelabuhan dsb). Rencana Jokowi “ngebut” membangun infrastruktur sudah tepat, namun jangan lupa semua itu perlu uang. Uang ini sudah disediakan oleh pemerintahan SBY, sehingga memungkinkan Jokowi untuk membangun infrastruktur tsb.
Kesimpulan
Kesimpulan apa yang bisa ditarik dan diterapkan terhadap kondisi perekonomian Indonesia?
Pertama, depresiasi rupiah dan kelesuan ekonomi masih akan berlangsung sampai terjadi keseimbangan baru (kurs yang tetap), yang kemungkinan bisa mencapai nilai 20 ribu rupiah/dolar.
Kedua, kondisi ekonomi Indonesia akan pulih begitu ekuilibrium tercapai.
Ketiga, kondisi perekonomian Amerika yang semakin perkasa pada akhirnya menjadi daya dorong ekonomi dunia (menjadi berkah).
Keempat, dalam kondisi sekarang Indonesia perlu terus membangun infrastruktur semaksimal mungkin agar siap melaju kencang kala perekonomian dunia pulih kembali.
Kelima, Jokowi harus berterimakasih kepada SBY dan jangan suka menyalahkan orang lain.