Judul tulisan di atas merupakan judul salah satu artikel berita di salah satu media setengah tahun yang lalu (1 November 2015).
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/mengejutkan-menteri-esdm-tolak-bubarkan-petral
http://info.rcti.web.id/index/bisnis/read/2127560/menteri-esdm-petral-tak-harus-dibubarkan
http://m.antaranews.com/berita/461868/menteri-esdm-sudirman-said-pertahankan-keberadaan-petral
Menteri ESDM Sudirman Said (SS) merupakan menteri yang bermasalah. Bagaimana tidak? Setengah tahun lalu dia sendiri ngotot tidak mau membubarkan Petral, namun beberapa hari yang lalu menuduh pada waktu SBY masih menjabat Presiden dia selalu menghalangi pembubaran Petral. Bahkan menurut Mulyadi dari Komisis VI DPR, justru sebelumnya SS menolak usulan Komisi VI untuk membubarkan Petral. (infojambi.com, 22 Mei 2015), dan sekarang malah bersikap sebaliknya.
Ini kata-kata Sudirman Said :
"Tidak harus dibubarkan. Hanya saja, pengawasannya mesti sepenuhnya ada di tangan orang yang benar-benar berpihak pada kepentingan negara. Itu harus kita cek lebih jauh," katanya menjawab pertanyaan mengenai pembubaran Petral dalam suatu diskusi di Jakarta, Sabtu.
Ia juga berpandangan, kedudukan Petral sudah tepat tetap berada di Singapura.
"Pengawasan tidak tergantung lokasi kantor. Sekarang ini, kondisi geografis tidak menjadi masalah. Banyak perusahaan, termasuk AS juga berkantor di Singapura," ujarnya.
Menurut dia, Indonesia membutuhkan instrumen "trading" migas di luar negeri seperti Petral yang mempunyai fleksibilitas, kemampuan kredit besar, dan terdaftar dalam pasar internasional.
"Yang keliru adalah kalau instrumen itu dimanfaatkan secara salah. Itu yang harus ditata kembali," tukasnya.
Sudirman menjelaskan, 100 persen saham Petral adalah milik Pertamina. Pemerintah akan melakukan pengkajian kepada Pertamina dalam hal manajemen pengawasan Petral.
"Jadi kalau manajemen Pertamina baik, Komisaris Pertamina baik Petral juga baik. Petral ini suatu induistri strategis bagi Indonesia," jelasnya.
Sebagai perusahaan yang memiliki kantor di Singapura, Sudirman mengaku tidak masalah mengingat negara tetangga itu memiliki lokasi yang strategis dalam membangun bisnis. (Yas/Ndw)
SS ngotot berpendapat bukan saja tidak perlu dibubarkan, namun menyatakan bahwa Petral sudah tepat berada di Singapura. Hal ini sebenarnya mudah dipahami mengingat SS beserta sekutu dekatnya, Ari Sumarno dan Daniel Purba adalah orang-orang yang sudah puluhan tahun berkiprah di Petral.
Namun setengah tahun kemudian ia justru menuding SBY. Tentu saja SBY terkejut dan merasa difitnah. Pertama, tidak pernah ada usulan atau pembubaran Petral kepadanya ; kedua, tidak pernah ada wacana bahwa Petral merupakan sarang mafia migas.
Lebih mungkin jika SS sendiri yang menolak membubarkan Petral dan malah membelanya. Lebih mungkin SS yang lebih tahu mengenai sepak terjang mafia migas, kalau memang ada, terkait Petral. SS merupakan anak buah mantan Dirut Pertamina Ari Sumarno dan sekutu dekat Daniel Purba, yang pernah juga menjabat sebagai petinggi Petral. Mereka bertiga sangat mengenal Petral. Dan kalau benar ada mafia migas disekitarnya mereka orang yang paling tahu.
Nampaknya SS diperintahkan oleh Jokowi untuk membubarkan Petral. Jokowi didesak oleh tim relawannya pada waktu kampanye. Pembubaran Petral merupakan suatu isu yang diangkat dalam janji-janji kampanye Jokowi. Jadi Jokowi terpaksa membubarkan Petral. Sekali pun pembubaran Petral tidak berarti mengenyahkan atau menghentikan kegiatan mafia migas, kalau mereka benar-benar ada.
Menurut sang jurnalis :
Ini merupakan penegasan yang mengejutkan setelah wacana pembubaran Petral sangat gencar selama masa Pilpres dan merupakan poin penting yang meningkatkan simpati pemilih kepada program-program ekonomi Jokowi-JK.
Sebelumnya, mantan Deputi Tim Transisi Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla Hasto Kristiyanto mengatakan, terkait perbaikan tata kelola migas agar sesuai UUD Pasal 33 Ayat 3, salah satu rencana aksi yang diusulkan kelompok kerja adalah pembubaran Petral dan mengalihkan fungsi dan kantornya ke Pertamina selaku induk usaha di Jakarta.
Alasannya, agar lebih mudah dalam pengawasannya.
Petral, sebagaimana ISC yang didisain untuk mengambil sebagian fungsu Petral, hanyalah suatu wahana atau instrumen. Apakah instrumen tersebut menguntungkan atau merugikan tergantung dari para operator, atau manipulatornya. Jadi pembubaran Petral hanyalah tindakan pencitraan, karena didesak dan ditagih janji.
Beberapa pihak, termasuk Dahlan Iskan ( 21 November 2012) dan politikus PDIP Hendrawan Supratikno (antaranews.com, 20 Mei 2015), justru mempertanyakan alasan pembubaran Petral. Ada motif-motif tertentu dibalik desakan pembuabaran Petral, antara lain agar lebih mudah “ bermain dan ngobyek” dengan dialihkannya kegiatan Petral ke Pertamina dan ke Jakarta. Dan pembubaran Petral menurut Hendrawan Supratikno sama sekali tidak menjamin berhentinya kegiatan mafia, mereka justru hanya berpindah dan berubah bentuk, dan malah menjadi lebih leluasa bermain. Ibaratnya mau memberantas tikus lumbungnya dibakar, tikusnya selamat, malah pindah tempat (ISC). Atau ada mobil nabrak orang, mobilnya dibakar, pengemudinya kabur.
Jadi apa motif SS melontarkan tuduhan kepada SBY? Nampaknya ada masalah dengan menteri yang satu ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H