Mohon tunggu...
Sutan Dijo
Sutan Dijo Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pria

Saya tinggal di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

(5/7) Logiskah Teori Evolusi Darwin?

23 Agustus 2010   20:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:46 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Salah satu hal yang paling sering dipakai oleh para evolusionis untuk mengelabui masyarakat adalah megenai umur bumi, dan segala isinya,  termasuk segala makhluk yang hidup atau pernah hidup di atasnya, dan segala kejadian yang terjadi di dalamnya. Sungguh sukar bahkan bagi seorang ilmuwan untuk menjelaskan cara-cara yang beraneka ragam, yang dipakai untuk menentukan umur lapisan-lapisan bumi, fosil-fosil, atau apa saja yang ada yang sama sekali di luar jangkauan catatan sejarah. Ada berbagai metode atau pendekatan yang biasa digunakan seperti Metode Sedimentasi, Metode Radioaktif dan Metode Karbon-14 ( C-14 ) atau Metode “Radio Karbon.”

Keberatan-keberatan terhadap metode-metode yang demikian adalah asumsi-asumsi dasar yang digunakan. Dan faktanya asumsi-asumsi tersebut hanyalah merupakan dugaan-dugaan yang tidak didukung oleh fakta. Tetapi inti dari semua itu adalah bahwa masalah pengukuran waktu tersebut bukanlah suatu metode yang telah diterima oleh semua ilmuwan, malahan metode-metode itu sangat diragukan oleh banyak ilmuwan dan masih menjadi bahan perdebatan di antara mereka. Faktanya adalah tidak ada suatu metode pengukuran yang secara ilmiah dapat membuktikan dengan tepat ataupun mendekati umur batuan yang lebih dari 400 sampai 500 tahun. Dr. H.C. Morton menyebutkan suatu peristiwa di mana para sarjana terpaksa mengurangi umur taksiran sebuah kerangka yang ditemukan di Missisippi dari 50.000 menjadi 5.000 tahun, gara-gara menemukan sebuah perahu moderen di bawah kerangka itu. ( diungkapkan oleh Prof. H. Enoch. M.A. F.Z.S.).

Namun demikian para evolusionis dalam beraneka ragam paparan mereka selalu berpretensi seolah umur atau skala waktu yang mereka kemukakan adalah sesuatu fakta yang tidak perlu dipertanyakan lagi dan telah disetujui oleh semua ilmuwan. Atau metode-metode yang mereka gunakan dikemukakan sebagai suatu yang sudah terbukti dan diterima oleh semua orang. Dengan demikian mereka sesungguhnya sedang “memaksa” masyarakat untuk mempercayai sesuatu yang bukan suatu fakta ( fiktif ) sebagai suatu fakta.

Ada banyak kejadian yang menyebabkan kita tidak boleh menganggap bahwa semua ilmuwan mempunyai integritas ilmiah. Banyak ilmuwan begitu terpengaruh oleh gagasan evolusi sehingga fakta-fakta ilmiah yang tidak sesuai dengan pola evolusi ditolak atau ditutupi, bahkan sengaja dipalsukan. Bahkan Sir Arthur Keith yang dianggap mempunyai reputasi ilmiah yang tinggi sekalipun melakukannya dengan menutupi fakta tentang ditemukannya tengkorak manusia dari Calavaras dan Castenedolo, yang umurnya lebih tua daripada semua ‘manusia kera’ yang pernah ditemukan. Sebabnya adalah tengkorak-tengkorak  manusia itu ditemukan di lapisan-lapisan geologis yang sama atau di bawah dari lapisan-lapisan di mana manusia-manusia kera telah ditemukan. Dalam sebuah risalah yang dimuat dalam Encyclopaedia Britannica ia hanya menyebutkan penemuan-penemuan manusia kera ‘Pithecanthropus’ padahal seharusnya ‘Castinidolo’ juga. Demikian juga Prof. E. Dubois menutupi penemuan mengenai tulang-belulang manusia sejati ( tengkorak Wajak ), yang ditemukan di Jawa, pada lapisan bumi yang sama dengan ‘Pithecanthropus’ ( manusia-kera Jawa ). Pada tahun 1952 British Museum memberitakan bahwa setelah dianalisis secara kimia, fosil tengkorak manusia purba “Piltdown” ternyata merupakan penipuan yang sengaja dilakukan oleh beberapa evolusionis terhadap umum dan sudah berlangsung selama 40 tahun.

Sebagai gambaran bahwa pemalsuan-pemalsuan oleh para ilmuwan pendukung teori evolusi sudah terjadi sejak dahulu, ini adalah suatu kejadian yang diceritakan kembali oleh Prof. H. Enoch. M.A. F.Z.S dalam bukunya Evolusi atau Penciptaan edisi terjemahan bahasa Indonesia,

Ketika Dr. Brass menuduh bahwa Haeckel dengan sengaja memalsukan diagram para sarjana yang lain dengan menambahkan beberapa tulang punggung pada embrio manusia dan mengurangi beberapa dari kera, pengakuan Haeckel dalam Mauchner Allgemeine Zeitung edisi Januari 1909, ialah sebagai berikut: “Untuk mengakhiri perdebatan yang tidak enak, saya mengakui dengan penuh penyesalan, bahwa sebagian kecil ( 6-3%) dari diagram-diagram embrio memang benar dipalsukan seperti yang dikemukakan oleh Dr. Brass. Karena bahan penyelidikan tidak lengkap atau tidak memadai, kami terpakasa mengisi dan merekonstruksi mata-mata rantai yang hilang berdasarkan hipotesa dan sintesa-sintesa perbandingan… Saya akan merasa sangat terkutuk dan hina dengan pengakuan ini, seandainya tidak ada ratusan penyelidik terbaik serta para ahli biologi ternama yang juga berbuat semacam ini. Sebagian besar dari semua diagram morfologis, anatomis, histologis serta embriologis tidak sesuai dengan kenyataan alam dan sedikit banyak telah diubah, disusun dan direkonstruksi.” Kutipan ini hanya memberikan sedikit gambaran kepada saudara pembaca mengenai fakta-fakta yang menjadi salah satu dasar dari teori evolusi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun