Mohon tunggu...
Sutan Dijo
Sutan Dijo Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pria

Saya tinggal di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Anies Baswedan Memilih Jokowi?

1 Juli 2014   17:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:59 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menurut Stephen Covey membuat serta memegang janji dan komitmen adalah bagian krusial dari Etika Karakter. “ Saat kita membuat dan memegang komitmen, bahkan kom itmen yang kecil, kita memulai untuk membangun integritas batinyang memberikan kesadaran kepada kitauntuk mengendaliukan diuri dan keberanian, dan kekuatan untuk menerima tanggungjawab yang lebih besar …”(Stephen Covey, 1990).

“Anda akan menemukan kekuatan luar biasa dalam prinsip menepati janji dan menghormati komitmen. hal itu akan membimbing Anda menuji kepercayaan diri dan integritas pribadi, fondasi bagi seluruh kesuksesan nyata. “(Principle-centered leadership - Stephen Covey).

Menurut Covey, Komitmen adalah kata kunci dalam hubungan. Komitmen adalah Janji. Jika kita sudah mengeluarkan komitmen/janji, otomatis orang lain akan mengeluarkan harapan untuk bisa terpenuhi atas janji tersebut. Sekali janji dilanggar, kita telah menarik deposito rasa kepercayaan yang cukup besar (EBA=Emotional Bank Account).

Anies Baswedan (AB) selama ini dikenal sebagai “the man of integrity”, setidaknya begitulah yang dicitrakan oleh media/pers. AB selalu mempromosikan, megedepankan dan menjunjung tinggi integritas. Oleh karena itu dukungan tokoh muda ini kepada Jokowi sebagai capres menimbulkan tandatanya.

Sebagai seorang akademisi tentunya beliau mengenal Stephen Covey, seorang ahli tentang karakter manusia. Menurut Covey salah satu indikator penting integritas seorang manusia adalah kemampuannya dalam membuat serta memegang janji dan komitmen.Terkait dengan Jokowi, semua orang tahu Jokowi adalah jenis orang yang menganggap rendah komitmen dan dengan mudah melanggar komitmen serta janjinya sendiri. Bagi Jokowi melanggar komitmen adalah “rapopo”.

Ketika ia dimintai pertanggungjawaban mengenai janjinya untuk menyelesaikan masa tugasnya sebagai Gubernur ia bukannya menjawab langsung, malahan menganggap hal itu sebagai suatu “serangan politik.” Pembelaan diri yang paling sering terlontar dari mulutnya adalah bahwa pencalonannya tidak melanggar aturan, oleh karena itu “rapopo” melanggar komitmennya sendiri, menjilat ludahnya sendiri. Asal tidak melanggar aturan boleh-boleh saja melanggar komitmen, katanya. Alasan lain Jokowi adalah “diperintah oleh partai” atau “ disuruh Bu Mega”. Jadi kalau disuruh2 atau dipaksa bisa menjadi suatu ‘excuse” untuk melanggar janji?

Pantaskah orang yang dengan mudah melanggar komitme dan janjinya sendiri seperti itu menjadi pemimpin bangsa???

Orang benar menepati janjinya, walaupun rugi. (Alkitab)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun