Mohon tunggu...
Moh Sumraji
Moh Sumraji Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ini yang Kita Bilang "Anggur Madura"

2 Desember 2015   12:19 Diperbarui: 3 Desember 2015   04:56 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Tampak Dhuwe' yang sudah bisa dipetik"][/caption]Sudah lima tahun saya tidak merasakn anggur Madura, kenangan masa kecil yang banyak terlewatkan bersama teman-teman masa kecil saya, karena pada masa kecil saya jarang sekali ada permainan modern yang canggih seperti saat ini, jadi salah satu tempat bermain saya adalah berjalan mengitari bukit sambil mencari anggur Madura ketika musim kemarau.

Beberapa tahun terakhir, sering kali ketika anggur Madura sedang ada selalu bertepatan dengan saat saya ada di luar kota, kerinduan masa kecil itu pun selalu terulang, tapi saat ini, saya sempat pulang untuk beberapa hari dan saya bersyukur karena sempat menikmati manisnya anggur Madura, jika beberapa hari saja telat saya tidak akan mendapatkannya karena buahnya akan runtuh kena hujan.

Anggur Madura seperti orang Madura bilang “Dhuwe” selain orang Madura tidak banyak orang tahu, asal muasal kenapa diberi nama anggur tidak jelas dan belum bisa dibuktikan dengan ilmiah dan dengan penelitian yang lebih mendalam, mungkin penanmaan tersebut oleh Madura karena buahnya yang kecil dan hitam meyerupai anggur, namun tidak bulat bundar. 

Rasa dari dhuwe’ ini manis namun rasa manisnya beda dengan anggur, yang saya ketahui, pohon dhuwe’ tidak banyak tumbuh di daerah lain selain Madura, bentuk pohonnya tidak seperti anggur, pohon dhuwe’ seperti pohon pada umumnya seperti pohon mangga, nangka, dll. Pohon dhuwe’ bisa dipanjat dan bisa menahan beban berat tubuh manusia.

Pohon Dhuwe’ tidak akan berbuah kecuali musim kemarau, karena buahnya sangat sensitif dengan air, jika terkana hujan yang lumayan lebat, maka dua sampai tiga kali hujan saja buahnya bisa bergurguran. Dhuwe’ juga harus menunggu matang, karena jika tidak ditunggu sampai matang rasanya akan pekat. Buah dhuwe’ yang menunjukkan warna matang adalah warna hitam, seperti buah anggur, jika masih berwarna hijau keputihan atau masih berwarna merah kecoklatan tidak enak dimakan.

[caption caption="Dhuwe' yang sudah dipetik"]

[/caption]

Dhuwe’ juga tidak akan sering bisa dipanen, sekalipun berbuah, pohon dhuwe’ harus menunggu kemarau panjang. Dhuwe’ tidak hanya mempunyai satu macam saja, ada beberapa macam nama dhuwe’ yang tumbuh di Madura. Memang secara sepesifik nama dhuwe’ tidak bisa diketahui secara langsung tanpa melihat bentuk buahnya terlebih dahulu, maka penamaan dhuwe’ ini memang harus melihat bentuk buahnya terlebih dahulu, sekalipun ada orang yang mengetahuinya namanya tanpa harus melihat bentuk buahnya terlebih dahulu, orang itu saat ini sulit ditemukan. saya akan menjelaskan beberapa nama dhuwe', mulai dari:

Dhuwe’ soso

Soso (Baca:Sosoh) soso yang dalam bahasa Indonesia mempunyai arti payudara, orang Madura menyebut soso karena bentuk dhuwe’nya yang gemuk dan bijinya yan kecil, sehingga ketika dimakan lebih terasa dan lebih enak karena mulut sangat mudah mengunyahnya dan tidak disibukkan dengan harus memisahkannya dengan biji karena biji dhuwe’ rasanya pahit.

Dhuwe’ manthѐng

Dhwe’ manthѐng (baca seperti mengucapkan kata Banteng) dikatakan dhuwe’ mantheng karena bentuknya kecil dan cendrung banyak, dalam satu tangkai bisa sampai puluhan dan bentuknya kecil-kecil, biji dhuwe’ manthѐng kecil, sehingga cara makannya tinggal ambil dengan tangkainya dalam sekali makan bisa sampai puluhan asal jangan dimakan sama tangkainya ya..!

Dhuwe’ biasa

Dhuwe’ biasa yang dimaksud di sini adalah dhuwe’ yang memang tidak mempunyai nama khusus seperti dua nama dhuwe’ diatas, jadi masyarakat Madura biasa menyebutnya dengan dhuwe’ tanpa ada tambahan nama khusus setelahnya.

Keindahan lain dengan adanya dhuwe’ yang saya rasakan adalah mempererat sesama teman-teman, karena dhuwe’ yang hanya berbuah pada saat musim kemarau saja maka kebanyakan orang yang mau mengambil dhuwe’ saling tegur sapa dan saling bercanda saat mengambil buahnya dan bagi para orang-orang yang merantau keluar Madura menjadi momen yang sangat dirindukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun