Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perahu Semang, Cinta, dan Takdir Nelayan Pesisir

20 April 2024   22:49 Diperbarui: 21 April 2024   10:45 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makan bersama di pantai. (Dokpri)

Nelayan menarik perahu kembali ke daratan. (Dokpri)
Nelayan menarik perahu kembali ke daratan. (Dokpri)

Satu pemandangan yang selalu membuat takjub ialah, ketika para istri maupun anak-anak para nelayan sabar menunggu di bibir pantai. Cinta, kesetian dan ekonomi. Begitu kesimpulan yang didapat.

Ketika para suami tiba di bibir pantai, mereka sudah menyambut. Bahkan perahu belum benar-benar sempurna ditarik ke darat. Ikan-ikan yang berhasil terjaring kemudian dipilah-pilah oleh para istri dan pedagang ikan keliling (dibo-dibo). Beberapa untuk dijual dan lebihnya di konsumsi.

Para istri nelayan dan dibo-dibo (dokpri)
Para istri nelayan dan dibo-dibo (dokpri)

Saat siang menjelang, hasil tangkapan yang tidak dijual kemudian di masak. Beruntungnya, kali ini salah satu keluarga nelayan mengajak makan bersama.

 Saya di larang ikut bantu selama proses memasak, khususnya membakar ikan.  Sebab tamu dari jauh harus dijamu dengan cara istimewa.

Siang itu, dibawah pohon ketapang kami menyantap dengan lahap ikan bakar sambal colo-colo yang disajikan dengan papeda dan sagu lempeng. Suasana makan yang begitu nikmat dengan pemandangan pantai dusun nan indah.

Seorang ibu sedang membakar ikan (dokpri)
Seorang ibu sedang membakar ikan (dokpri)

Makan bersama di pantai. (Dokpri)
Makan bersama di pantai. (Dokpri)

Meski suasana ini begitu sahdu, tetapi menurut nelayan, sudah sangat lama kegiatan seperti ini tidak dilakukan. Menangkap ikan, di masak dan makan bersama sepanjang pantai. 

Sebab selain pergeseran jaman juga ada tantangan yang mengancam di depan mata. Tantangan akan punahnya laut dan potensinya  akibat adanya pertambangan yang beroperasi tak jauh dari Dusun mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun