Kedua. Perilaku manusia menjadi faktor paling penting. Sikap abai ini terus dipraktekan. Meski ada himbauan agar sampah tidak dibuang di kali mati atau pantai misalnya. Warga masih membuang sampah di manapun bisa dibuang.
Di satu sisi, sampah basah tetap dibuang ke tempat penanpungan tetapi sampah plastik dibuang semabrangan.Â
Sampai saat ini kesadaran dalam diri sendiri ini yang sangat sulit dicegah. Tentu faktor keterkaitan satu dengan yang lain juga menjadi penyebabnya.
Beberapa faktor ini adalah penyumbang besar kenapa sampah masih menjadi masalah klasik di kota ini. Selain dari masalah lain semisal sampah kiriman. Sebab, sebagai daerah pesisir dan kepulauan, sampah kiriman merupakan masalah yang juga tidak bisa dihindari.
Terlepas dari itu, mendorong agar kesadaran tidak membuang sampah sembarangan perlu dilakukan secara ketat dan berkala. Edukasi merupakan bagian paling penting. Minimal, di setiap kelurahan, pemerintah memberikan ruang lebih baik suport dan anggaran untuk melakukan edukasi dan pendampingan berkala.
Kemudian, perlu ada perumusan manajemen sampah yang inivatif dan terbaruhkan. Ketimbang hanya mengangkut dan membuang tanpa pengelolaan lebih lanjut.
Membangun kesadaran dan perilaku agar tidak membuang sampah sembarangan merupakan tantangan berat. Tetapi jika pola pikir dan perilaku bisa dipengaruhi lewat berbagai aksi, ketegasan, kebijakan maupun tindakan maka hasil yang diharapkan dapat terwujud. (Sukur dofu-dofu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H