Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jalan Hidup Si Aktivis

15 November 2023   06:00 Diperbarui: 15 November 2023   06:12 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman mengirimkan sebuah video singkat sedang berada di atas perahu motor kayu menuju Kota Tidore. Dalam video singkat itu, diperlihatkan betapa laut sedang tidak baik-baik saja. 

Tetapi, saya justru teralihkan dengan sosok motoris yang memegang kemudi. Sosok yang bertanggung jawab membawa kapal kayu tua dengan penumpang serta muatan sepeda motor diatasnya ke tujuan.

Pria tinggi, berbadan besar, rambut acak-acakan dan berkumis tebal itu sangat serius menatap kedepan. Baju garis-garis biru putih nampak lusu. Juga celana pendek yang kehilangan warna.

Saya memutar video itu beberapa kali sebelum akhirnya betul-betul mengenalinya, Amar, rekan pergerakan dulu di kampus. Mahasiswa Fakultas Hukum. Pria itu, tidak sedikitpun saya lupakan. Ia juniorku. 

*

2013 silam....

Kenaikan BBM membuat mahasiswa intra kampus meradang. Juga organisasi pergerakan Cipayung. Ketua-ketua BEM mulai berkumpul. Membahas strategi pergerakan menolak kenaikan harga BBM. 

Hampir seminggu, baik organisasi intra maupun ekstra membangun konsulidasi. Strategi, konsep, penujukan kordinator, dan bobotan aksi isu dirancang. 

Jadilah, pergerakan itu diawali dari semua titik kampus berada. Masing-masing ketua mengkordinir massa dari kampus masing-masing, dan bakal berkumpul di gedung DPRD, kemudian bergerak ke Kantor Walikota, dan RRI Ternate menyampaikan aspirasi dan kadang berkahir di depan Bandar Udara Sultan Babullah.

Sebaran kampus besar di Kota Ternate rata-rata jauh dari pusat kota. Yakni di Selatan dan di Utara. Maka untuk berkumpul, dari selatan bakal bergerak memasuki kota, sementara dari utara massa akan menunggu pergerakan  massa aksi dari selatan.

Saya waktu itu sudah lulus setahun lebih awal, 2012. Namun sisa keterpanggilan masih menggebu di dalam diri. Teutama masih terbayang demonstrasi sebelumnya yang mampu melumpuhkan bandara saat demo yang sama. Bandara Sultan Babullah selalu menjadi saran demo dari waktu ke waktu. Entah kenapa.

 Meski pada akhirnya, sepanjang hari itu, kami dikejar aparat keamanan. Saya bahkan harus ngumpet sampai malam di salah satu rumah warga.

Jadilah pada hari H -Senin di Bulan Juni, seingat saya-masing-masing bergerak. Di Utara, demontrasi telah dilakukan sejak dini. Lokasi kampus yang tepat berada di depan bandara membuat massa memblokade jalur masuk bandara. 

Sementara di Selatan, mahasiswa kampus besar mulai berkumpul dan long march ke kota. Di saat seperti ini tentu bakal ada hadangan dari aparat keamanan. Tujuannya agar massa tidak masuk ke kota. Dan hari itu puncak dari serangkaian demonstrasi. Paling besar dan paling Akbar. Ruang perkuliahan tak berpenghuni. Kampus libur.

Saya berada diantara masa itu. Berada tak jauh dari Amar. Seingat saya, dibelakang dirinya dan beberapa mahasiswa yang memegang spanduk besar.

Ketika berada di Kelurahan Fitu, berbatasan dengan Kelurahan Ngade, kami terhenti. Aparat telah berjaga. Mengentikan pergerakan longmarch ribuan mahasiswa.

Dan.....

Duar....

Amar aku lihat rubuh ke tanah. Semabri berteriak histeris. Darah mengucur dari pahanya. Merah seketika jeans yang dipakai. Di sampingnya beberapa lainnya juga kena. Dan bahkan juga ada wartawan. Namun aku hanya mengingat kejadian dirinya di pukul sebelas siang itu.

Paniklah semua orang. Ribuan mahasiswa itu kocar kacir. Tidak ada jalan lari, ke kiri tebing curam langsung ke laut, ke kanan jalanna terjal menurun menuju Danau Ngade. Satu-satunya jalan hanya berlari kembali. 

Saya sudah lari putar balik. Riuh kenapikan itu sudah menjadi-jadi. Tembakan gas air mata maupun senjata membela udara. Entah siapa yang memulai bentrok itu. Masih simpang siut. Tentu tidak ada pihak yang bisa disalahkan.  Tiba-tiba saja sudah demikian adanya. 

Saya lari ke kembali ke kampus. Dan pulang melalui jalan belakang, jalan hutan yang jarang dilalui warga. Sementara Amar, dilarikan ke rumah sakit. Itulah pertemyan terakhir dengan dirinya. 

Berdasarkan cerita rekan-rekan, akibat insiden itu, ia pada akhirnya tak melanjutkan kuliah. Trauma adalah alasannya. Dan sejak saat itupulah, ia bak ditelan bumi. nformasi tentang dirinya hilang seiring berjalannya waktu.

Barulah di video itu, saya mulai mengetahui posisinya. Ia kini telah menjadi motoris kayu rute Tidore-Ternate. Dan sekali bertemu dan mengobrol singkat. Meski ia harus meraba-raba ingatannya mengenali saya.

Dokpri
Dokpri

Dalam perjumpaan singkat, pernah aku menanyakan dalam obrolan singkat di Pelabuhan Rum Tidore. Kesibukan dirinya tak banyak membuat saya melancarkan interogasi. 

Waktu itu saya hanya bertanya "bagaimana bisa berakhir seperti sekarang?". Namun ia hanya menjawab singkat, "kehidupan berjalan dan keputusan telah dibuat. Apapun kejadian masalalu itu cukup diceritakan, bahwa saya pernah menjadi bagian dari pergerakan. Selebihnya jalan hidup atas keputusan harus dijalani"

"Juga pertanyaanmu salah. Harusnya kamu menanyakan kabarku dan apa impianku kedepan". Lanjutnya.

Tentu saya tak melanjutkan lagi. Sepeda motor telah terangkut di atas kapal dan ia harus balik lagi menuju Ternate. 

Sekilas, saya melihat nasih ada trauma di wajahnya. Mungkin ia tak ingin membicarakan lebih jauh. Ia sendiri tak malu dan merasa bersukur. Setiap hari bisa memperoleh rejeki halal dari keringat sendiri. Juga halal bagi keluarganya. Baginya dunia mahasiswa sudah berlalu. Dan dunia nyata adalah pergerakan sesungguhnya. (Sukur dofu)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun