Setiap pagi hingga sore, seorang pria berbadan bidan kekar selalu tertangkap mata menyirami tanaman  ketika melewati jalan Toboko, Kota Ternate. Berbekal selang panjang, Ia dengan serius mengarahkan air ke tanaman holtikultura; bayam, kangkung hingga sawi di lahan seluas 50 meter persegi.Â
Sertu Agus Riyadi namanya. Pria yang berasal dari Jawa Tengah merupakan Babinsa Koramil  1501-02/ Pulau Hiri. Saya menemuinya kala sedang melakukan pengambilan video bersama seorang teman. Pemilihan lokasi ini awalnya didasarkan pada faktor keunikan. Sudah terlampau berulang kali kami melewati ladang produktif satu-satunya yang berada di tengah kota ini, namun belum sekalipun kami mampir.Â
Saat kami berkunjung, ia sedang menyiram tanaman. Ada rasa enggan untuk menegurnya. Apalagi  ini markas Tentara yang  di dada selalu menempel kewibawaan yang sekalli-kali bikin nyali ciut . Namun ketika melihat kami dan mulai saling menyapa, kehororan itu itu pergi menghilang. Kami larut dalam obrolan demi obrolan. Tidak ada sekat dan jarak yang mengagah. Kehangatan terjalin dengan sempurna.Â
Kami menjelaskan tujuan kami, dan Sertu Agus mengizinkan kami melakukan take video. Tanpa pikir panjang, kami mengambil dari segala sisi. Kadang kami meminta agar dirinya menempati posisi yang kami arahkan.  Setelah itu, diskusi kecil sembari menemaninya menyiram tanaman dilakukan.Â
Sertu Agus sendiri merupakan generasi kedua mengelola lahan percontahan ketahanan pangan di Asrama Militer Militer Kodim 1501/Ternate. Sebelumnya, lahan ini dikelola oleh seniornya. Namun sudah pensiun, diwariskan ke anggota lainnya yang menempati asrama militer.
Jadilah Sertu Agus mengolah lahan tersebut dibantu istrinya serta tiga rekannya, ketika ia mulai menempati asrama militer. Tentu dengan izin pimpinan. Â Pembersihan lahan di mulai, dan Tanaman holtikultura kemudian menjadi pilihan. Â Dan dalam pengelolaan mendapat pendampingan Pasi Ter Kodim 1501 Ternate (1).Â
Berkat usaha para anggota TNI ini, tanaman holtikultura yang dihasilkan mampu diserap pasar. Â Komoditas holtikultura sendiri memiliki permintaan sangat tinggi di Kota Ternate. Di mana sebagian besar supply berasal dari luar provinsi. Kondisi sering menyebakan terjadinya votalitas harga yang memicu inflasi.Â
Sertu Agus sendiri sering merasa kewalahan memenuhi permintaan pasar. Meski begitu, ia selalu berupaya memenuhi permintaan tersebut dengan  mengajak serta para tetangga menanam. Hasil yang mereka peroleh kemudian di jual ke pedagang dibo-dibo; perantara yang datang ke lahan. Penjualan ini dilakukan setelah membuka dan dibagikan ke tetangga terlebih dahulu.
Lalu berapa penghasilan dari kebun ketahanan pangan ini? Jika melihat luas lahan 50 meter persegi, tentu timbul dalam benak kita hasilnya tak seberapa. Namun anggapan itu sepertinya harus di tepis. Sebab hasil penjualan kotor dapat mencapai 4 juta sekali panen. penghasilan ini kemudian di putar kembali dengan membeli bibit dan pupuk untuk penanaman berikutnya.
Obrolan kami harus terhenti kala sore menjemput. Namun banyak pelajaran yang dapat di petik. Di mana keterbatasan lahan dapat memberikan nilai ekonomis bila dapat dimanfaatkan dengan baik.Â
Kebun yang dikelola Sertu Agus kini juga menjadi lahan percontohan ketahanan pangan yang digalakan oleh TNI Lewat Pemanfaatan lahan tidur. Â TNI memiliki komitmen tinggi dalam mewujudkan cita-cita ketahanan pangan di Indonesia. Selain dikunjungi masyarakat, mahasiswa berbagai universitas di Ternate juga sering berkunjung untuk sharing ilmu dan pengetahuan.Â
Upaya ketahanan pangan membutuhkan kejelian,ketekunan, disiplin dan motivasi seperti yang ditunjukan oleh Sertu Agus. Apalagi bagi Kota Ternate yang menerima supply berbagai bahan pangan dari Manado, Makasar dan Surabaya.
Permintaan lokal yang tinggi memang beberapa persen di supply juga dari  seperti Kecamatan Subaim, Halmahera Timur, akan tetapi tidak semerta-merta memenuhi permintaan.
Sehingga, menggalakan menanam dari pekarangan dengan memanfaatkan lahan tidak produktif sudah seharusnya menjadi prioritas. Sebab, selain bermanfaat meredam infalsi serta mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga. Gerakan ini juga merupakan upaya strategis untuk mewujudkan kemandirian ekonomi. (sukur dofu-dofu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H