Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Balanga Mare, Penopang Ekonomi Warga Pulau Mare

1 November 2023   17:05 Diperbarui: 2 November 2023   02:21 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses distribusi (sumber : aditya nugroho)

Gelombang tinggi, hujan, dan hembusan angin menutupi jarak pandang di tengah laut yang terbatas menuju kota Ternate. Kapten, mengarahkan motoris agar merapat ke pulau terdekat. 

Sekian lama mencari, berdasarkan insting dan pengalaman bertahun-tahun, speedboat akhirnya berlabuh di sebuah teluk yang cukup teduh, Teluk Pulau Mare. Di pelabuhan tepat di Desa Mare Gam.

Pembuatan Gerabah Mare (sumber : Infopublik.id)
Pembuatan Gerabah Mare (sumber : Infopublik.id)

Baru kali ini, saya menginjakkan kaki ke pulau yang berpenghuni kurang lebih 500 jiwa. Selama ini, hanya sebatas menikmati tebing-tebing indah pulau ini dalam perjalanan pulang dan pergi ke kampung. 

Tak terhitung jumlahnya melewati pulau ini baik dari depan maupun belakang pulau. Ketika musim ombak, kebanyakan speedboat melewati belakang pulau menghindari ganasnya amukan ombak. Begitu seterusnya.

Pulau Mare sendiri berada di tengah Pulau Moti dan Pulau Tidore. Secara administratif, Pulau Mare masuk wilayah administrasi Kota Tidore kepulauan. Pulau yang memiliki daratan 20 km persegi ini terdapat dua desa yakni, desa Mare Gam dan Mare Kofo.

Pemdangan dari Pulau Mare. (www.indonesia-tourism.com)
Pemdangan dari Pulau Mare. (www.indonesia-tourism.com)

Mare dimaknai sebagai more atau dalam bahasa tidore ialah dia yang menunjuk pada seorang perempuan. Dulunya pulau ini dikenal dengan Pulau Manjanga; Rusa. Di mana terdapat banyak sekali manjanga yang mendiami pulau ini. Namun itu dulu, seiring waktu, manjanga sulit ditemukan.

Populasinya turun drastis akibat perburuan yang tiada henti. Meski sematan itu masih melekat, tetapi wujud manjanga mungkin tinggal cerita bagi anak cucu kelak.

Uniknya selain pemandangan yang apik dengan kondisi geogafis dengan bukit dan tebing tinggi, yang ketika berdiri di puncak pulau seperti menyaksikan lanskap dari keindahan ciptaan Tuhan sempurna, Pulau Mare menyimpan sebuah identitas yang berharga. Identitas yang masih melekat erat dan menopang ekonomi penduduk pulau. Identitas tersebut ialah pembuatan gerabah atau balanga Mare.

Balanga Mare, begitu nama yang dikenal di Maluku Utara. Istilah ini sudah dikenal turun temurun dan tidak menggunakan kaya gerabah dalam penyebutannya. Meski sebenarnya nama ini merujuk pada salah satu produk hasil kerajinan tangan dari gerabah. 

Setiap orang di Maluku Utara sudah tidak asing dengan produk yang berasal dari Pulau Mare ini. Bahkan di rumah saya di desa maupun rumah orangtua di Kota Ternate, terdapat produk ini. hanya di pulau inilah, Balanga Mare dibuat.

Selain perikanan sebagai mata pencaharian, sebagian penduduk Pulau Mare khususnya Mare Gam 88 persen (Kursini, 2019) merupakan pembuat gerabah. Sumber daya yang melimpah utamanya tanah liat menjadikan penduduk tidak kesusahan melakukan memproduksi.

Menariknya proses pembuatan gerabah mengandung nilai spiritual dan pantangan-pantangan yang melekat erat. Pantangan yang turun temurun dijaga dan dipercaya. Pantangan tersebut ialah pembuatan Gerabah hanya boleh dilakukan oleh kaum perempuan.

Proses Pembakaran (sumber :infopublik.id)
Proses Pembakaran (sumber :infopublik.id)

Berdasarkan mitos, apabila pembuatan gerabah dilakukan oleh kaum pria maka warga percaya mereka tidak akan memperoleh keturunan di masa depan. Atau laki-laki bisa mandul dan tidak punya anak. 

Namun bukan berarti tidak ada keterlibatan sama sekali. Hakikatnya kaum pria bisa ikut andil dalam proses pembuatan Gerabah Mare, yakni dengan menyediakan bahan baku yang diambil di puncak gunung serta memasarkan produk.

Proses pembuatan gerabah di Mare Gam masih terbilang tradisional. Di mana tanah liat yang ambil, dijemur terlebih dahulu sampai kering. Ditumbuk lalu dihaluskan, kemudian dicampur pasir hitam. 

Kemudian diberi air dan diulen demi menghasilkan tanah yang pulen. Proses berikutnya, dipukul-pukul, kemudian dibentuk sesuai dengan produk yang ingin dihasilkan lalu dijemur dan dibakar.

Gerabah Mare (sumber :bobo.id)
Gerabah Mare (sumber :bobo.id)

Produk yang dihasilkan dari keuletan emak-emak Desa Mare Gam ialah forno (alat cetak dalam membakar sagu lempeng), penutup masakan atau bura. Hito, wadah yang digunakan menaruh arang dan kemenyan untuk kegiatan spiritual.

Hasil produk dipasarkan ke dalam dan Luar Maluku Utara. Dikutip dari Kieraha.com, pemasaran dilakukan ke Ternate, Halmahera, Sorong dan Pulau Seram. Dengan harga jual satu gerabah 20-70 ribu rupiah tergantung jenis. Pendapatan yang diperoleh bisa mencapai 20 juta.

Balanga Mare dalam Konteks Kebudayaan dan Kehidupan

Proses distribusi (sumber : aditya nugroho)
Proses distribusi (sumber : aditya nugroho)
Selain sebagai sumber pendapatan, gerabah atau Balanga Mare merupakan pengawal yang turut serta dalam adat istiadat dan kehidupan warga Maluku Utara. Kegunaan produknya melekat erat dalam kehidupan sosial. 

Misalnya gerabah forno, merupakan alat pencetak sagu lempeng. Sebagai makanan pokok, sagu diolah ke dalam berbagai macam. Sagu lempeng merupakan makanan yang juga banyak dikonsumsi masyarakat Maluku Utara.

Tentu dengan sangat mudah diperoleh di pasar. Per ikat dibanderol dengan dengan harga 5-10 ribu rupiah. Tergantung jumlah lempeng dalam satu ikat.

Selanjutnya, Bose Mare (Balanga) khusus digunakan dalam pembuatan kue seperti apang; bolu yang dibakar, kue lapis Tidore, lapis sanana, serta berbagai kue tradisional lainnya. Sementara dalam ranah spiritual, seperti hito: tempat menaruh kemenyan dan arang digunakan hampir seantero Maluku Utara dalam acara tahlilan, doa, dan berbagai ritual lain. 

Gerabah Mare sudah menjadi identitas baik dari kepercayaan hingga fungsi yang melekat erat di kehidupan masyarakat. Turun temurun di lakukan. Dan sejauh itu pula, banyak cerita dan kisah yang turut mengawali.

Tertarik ke Pulau Mare?

Perjalanan ke Pulau Mare sangat mudah. Dapat ditempuh selama lima belas menit menggunakan perahu motor dari Kota Tidore. Dalam perjalanan, anda baka disuguhkan pemandangan apik. Dan jika beruntung, bisa menikmati tarian-tarian lumba-lumba yang mengikuti kapal menuju Pulau Mare.

Topografinya yang berbuit-bukit juga dapat dinikmati selama Anda mengeksplorasi pulau ini. Selain itu, lokasi ini pulau ini juga menyediakan banyak pilihan wisata seperti snorkeling. Jangan lupa menengok proses pembuatan gerabah. Sukur Dofu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun