Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Berjibaku dengan Internet, ANBK Butuh Dukungan Infrastruktur Memadai

1 November 2023   01:35 Diperbarui: 1 November 2023   06:37 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa SDN Sigela melaksanakan ANBK (Dokumentasi :Ocid Adit)

Lima laptop berjejeran di atas talud sebuah pantai. Terlihat beberapa murid Sekolah Dasar yang serius memandangi laptop tersebut. Juga beberapa guru yang berada di samping. Mereka sedang melakukan kegiatan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) hari pertama. 

Pemandangan ini tergambar jelas dari salah satu postingan di media sosial Facebook. Lokasi tepatnya ialah SDN Sigela, Kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan. Di mana para siswa yang melakukan ANBK harus berjibaku dengan lemotnya jaringan yang mengharuskan mereka mencari jaringan kuat. Asesement sebagai program Kemendikbud ini memang mengharuskan penggunaan komputer secara daring maupun semi daring.

Postingan ini menyita banyak perhatian publik. Bahkan sudah di share beberapa kali baik oleh media lokal maupun masyarakat. Berbagai tanggapan menyeruak. Ada candaan, ada kritikan bahkan ada yang menwarkan jasa internet. Namun dalam kaca mata saya, fenomena ini adalah bagian yang tidak dipisahkan dari masih lemahnya dukungan infrastrukur program pendidikan.

Baca juga: Jembatan Harapan

Persoalan jaringan internet yang belum memadai merupakan sebuah permasalahan yang belum mampu dituntaskan di daerah-daerah pelosok (Baca: Kemendibud, 2021). Tentu ini menjadi sebuah permasalahan klasik, di mana pemerintah berkeinginan menggenjot kualitas pendidikan, tetapi disatu sisi kendala-kendala belum mampu diminimalisir.

Dokumentasi (Ocid Adit)
Dokumentasi (Ocid Adit)

Persoalan ini harus dibenahi, terutama dukungan infrastrukur internet yang merata. Ini juga merupakan tantangan besar, sebab ketimpangan digital di Indonesia masih cukup tinggi terutama di wilayah timur maupun pelosok desa lain di Indonesia. 

Dalam peringkat East Ventures Competitivnes Index 2022, daya saing digital masih terkonsentrasi di daerah Jawa. Sementara dalam konteks literasi digital, Indonesia berada di urutan 53 dengan skor 3,54.

Sementara dikutip dari survei Segara Research Institut (2023), kendala utama tenaga pengajar, guru maupun dosen ialah kendala teknis utamanya akses internet yang memadai. 45% responden kepala sekolah mengalami kendala koneksi internet dan  46 persen guru. Khusunya di Idonesia Timur.

Penekanan dalam survei ini ialah, akibat kendala internet, banya responden belum mampu memanfaatkan platrfom dan aplikasi-aplikasi yang dirancang Kemendikbud. 

Kesenjangan penggunaan internet juga dapat dilihat dari aktivits belajar-mengajar yang hanya mencapai 27,6 persen, mulltimedia 17,1 persen, sementara terendah yakni penggunaan laboratorium virtual sebanyak 3,5% (Status Literasi Digital Indonesia, 2022).

Dokumentasi : Ocid Adit
Dokumentasi : Ocid Adit

Kesenjangan infrastruktur baik internet, listrik, lab, komputer, dan SDM tentu dapat menghambat pelaksanaan ANBK. Apalagi jika daerah-daerah tersebut belum memiliki akses jaringan internet sama sekali. Dan sudah pasti mempengaruhi hasil dari assesment . 

Meski ada aturan bahwa sekolah-sekolah yang terkendala internet dapat menumpang ke sekolah lain. Namun hemat saya tidak semudah itu.

Sekolah-sekolah di timur dengan banyak tersebar di pelosok-pelosok desa, pesisir dan kepulauan. Di mana kondisi sekolah-sekolah tersebut banyak mengalami kendala yang sama. Jika memakai aturan tersebut maka mereka harus ke kota dan menggeluarkan biaya tidak sedikit. 

Selain dari itu, banyak daerah juga dihadapka pada kondisi infrastruktur baik jalan, jembatan hingga transportasi yang memadai.

Artinya jika sebuah sekolah misalnya di Pulau Makeang ingin menyelenggarakan ANBK dengan menumpang di sekolah yang memiliki akses jaringan dan laboratorium memadai, maka mereka harus menuju Kota menyebrangi laut. Itu baru satu sekolah, jika semua sekolah melakukan demikian? bagaimana jadinya.

Di beberapa pelosok, perlu upaya yang lebih banyak. Mereka harus menyebrang sungai, berjalan kaki, menumpang angkot hingga sampai ke kota. Secara tidak langsung, waktu, tenaga dan biaya tidak sedikit dikeluarkan.

Dalam konteks ketersediaan, banyak sekolah mempunyai Lab Komputer tetapi tidak semua memiliki akses jaringan internet. Artinya, lab tersebut tidak dapat digunakan selain dari pelajaran dasar seperti mengetik dan mengoperasikan komputer.

Oleh karena itu, Pemerintah seharusnya menyeleraskan dan menyimbangkan kemudahan bagi sekolah-sekolah yang mengalami kendala akses internet terebih dahulu agar tidak terkesan terburu-buru. 

Sebab, gagal atau tidaknya dapat mempengaruhi kualitas program tersebut. Perlu ada keselarasan dan tidak hanya berada pada tarataran mengeluarkan kebijakan dan memaksakan semua unit khusunya sekolah untuk menyesuaikan diri. Mencapai sebuah tujuan memang penting digalakan tetapi penting juga menambal kebolongan yang dapat mengagalka tujuan tersebut. 

Tentunya keselarasan dari tujuan pendidikan yang berkualitas ini membutuhkan kinerja lintas sektor yang selaras baik pusat, Kementerian lembaga, daerah dan masyarakat. Kemajuan pendidikan yang saling menopang dapat menjadi kunci tumbuhnya sdm yang berkualitas. (sukur dofu-dofu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun