Di Pasar Bacan, dari 15 ribu meningkat menjadi 25-30 ribu/tata. Sementara di Kota Ternate harganya bisa meningkat berkali lipat. Bahkan bisa menyentuh 50 ribu/tata.
Selain di kota besar, distribusi ikan juga sampai ke kepulauan yang tidak mengusahakan perikanan tangkap. Pedagang biasanya menjual dari pulau ke pulau dengan boat atau katinting. Harganya juga cukup mahal yakni berkisar 50-70 ribu/tata.
Sumber Pendapatan Warga Desa
Bagi warga ikan Galafea merupakan sumber pendapatan. Utamanya bagi kepulauan di Maluku Utara seperti Joronga. Selain potensi lain seperti rumput laut yang juga ikut dikembangkan di Kepulauan terluar tersebut.
Dalam beberapa kajian ilmiah yang dilakukan menunjukkan usaha ini cukup menjanjikan. Penelitian Arafat et,al (2020) yang mengkaji analisis keuangan usaha ikan Galafea menemukan pendapatan per bulan mencapai 78 juta/musim (4 bulan sekali) dan 157 juta per tahun.
Begitupun penelitian Manolang et, al (2020) di Sulawesi Utara yang menemukan pendapatan per musim mencapai 143 juta.
Ikan Galafea memang tidak diusahakan setiap hari lantaran memiliki musim-musim tertentu. Namun dalam sekali produksi dapat menutupi biaya operasi yang terbilang cukup tinggi. Meski salah satu tantangan dari musim ialah kelangkaan produk di mana ikan ini sangat mahal di pasaran.
Selain diperdagangkan secara primer, olahan turunan semacam sambal Roa semakin berkembang. Di Ternate, usaha sambal Roa baik individu maupun UMKM tumbuh cukup signifikan. Meski pangsa pasar terbesar masih sekitaran Kota Ternate.
Salah satu rekan saya pernah berujar bahwa dalam sebulan ia bisa menghasilkan laba bersih di atas 10 juta. Tentu bisnisnya masih sebatas bisnis individu.Â