Ikan julung yang terjaring kemudian langsung di jepit menggunakan alat tradisional dari bambu; tata.
Ribuan ikan yang terjaring satu per satu di susun ke tata. Di mana dalam satu ruas tata berisi 20-25 ekor. Tentu bukan pekerjaan mudah. Bahkan sampai pulang sekalipun pekerjaan mengisi ikan hampir mustahil diselesaikan. Butuh bantuan warga lain secara sukarela.
Ikan julung yang sudah terisi kemudian langsung di asapi di atas para-para- tempat pengasapan ikan.
Butuh proses cukup panjang untuk mengasapi semua hasil tangkap tersebut. Juga banyak para-para. Meski dalam proses pematangan ikan ini cukup cepat masak ketimbang mengasapi ikan cakalang.
Hasil olahan inilah yang dikenal di masyarakat dengan nama ikan Galafea atau ikan kering.
Ikan Galafea yang sudah selesai diproduksi kemudian lanjut didistribusikan ke ibu kota Kabupaten yakni Pulau Bacan. Tentu dengan menggunakan kapal laut.Â
Di Bacan, sebagian dijual dan sebagian lagi dikirim ke Ternate. Juga menggunakan kapal laut.
Harga per tata dibandreol dengan harga 15 ribu jika dibeli langsung ke Desa Joronga. Biasanya dijual 15 tata atau biasa disebut oleh warga sebagai partai. Pedagang yang langsung datang membeli atau kadang warga yang bertugas melakukan distribusi langsung ke pengepul.