Dini hari, pukul lima, di Kepulauan Joronga, Kabupaten Halmahera Selatan, 8 penduduk desa Kukupang telah berada di atas kapal berkapasitas 15 Gross Ton (GT) menuju spot penangkapan ikan di Perairan Bacan.Â
Perairan yang terkenal dengan potensi perikanan. Tuna Cakalang Tongkol dapat dengan mudah ditemukan di Wilayah Perairan Perikanan (WPP 715). Juga komoditas lain yang tak kalah cukup melimpah.Â
Kapal perlahan memecah ombak di kegelapan hingga fajar menjemput kala ujung jaring mulai ditebarkan. Perlahan demi perlahan, 6 pria bahu membahu melepaskan jaring besar tersebut ke laut.
Kapten memacu laju kapal, menempatkan kapal pada posisi agar jaring bisa terkurung dan membentuk lingkaran. Satu orang lainnya bertugas memandu dan memantau posisi ikan.
Proses ini terhitung cepat. Jika terlambat, ikan-ikan pasti kabur melewati jaring yang belum melingkar sempurna. Setelah ujung jaring bertemu, empat orang melompat ke laut, ke dalam lingkaran jaring dan membuat suara bising. Ini dilakukan agar ikan lari dan terkait di jaring.Â
Lainnya memastikan agar jaring tidak memiliki celah dengan menarik beberapa tali yang saya pun tak paham.
Proses ini memakan waktu beberapa saat sebelum jaring ditarik kembali. Secara manual mereka kembali bahu-membahu menarik jaring besar yang tentu cukup berat lantaran sudah basah. Belum lagi ikan-ikan didalamnya.
Tiga puluh menit berlalu, matahari sudah benar-benar pecah. Jaring sudah mengecil dan nampak ikan julung siap diangkat ke atas kapal.
Yap, ikan julung atau dengan nama Latin Hemiramphus basiliensis. Di wilayah lain semisal Sulawesi Utara disebut ikan Roa.