Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Upaya Guru Pesisir Semarakan Merdeka Belajar

30 Mei 2023   19:42 Diperbarui: 31 Mei 2023   02:16 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semarak merdeka Belajar di Desa (Dokpri) 

Selain itu, penerapan pendidikan tidak berbasis sektoral kebudayaan setempat menyebabkan disprupsi sosial budaya  bagi siswa. Rendahnya sikap gotong royong, sikap saling menghargai  nilai-nilai tradisi, budaya dan sejarah bangsa Indonesia menjadi yang aspek-aspek utama pendidikan karakter.

Contohnya bahasa daerah, Generasi pro bomer  dalam laporan Badan Pusat Statistik 2022 menunjukan presentase penggunaan bahasa daerah turun menjadi 62,94 di lingkungan keluarga dan 61,70 persen di lingkungan tetangga. sebuah kondisi yang turut serta menyumbang kepunahan bahasa. 

Dalam internal sekolah, proses belajar mengajar sangat kaku lantaran guru hanya sebagai aktor aktif dan siswa sebagai pendengar, terpaku pada rambu-rambu,  polemik  pembelajaran berbasis tema di mana guru harus mampu mencernah mata pelajaran dalam suatu waktu, adiministrasi  yang rumit serta beban kerja guru yang besar seperti penyiapan silabus dan rencana pembelajaran. Dan, proses akhir dari pendidikan yang terfokus pada penilaian kriteria ketuntasan minimal (KKM). Sementara  siswa  terlalu monoton diberi materi  tanpa pengulangan. Alhasil siswa kehilangan fokus dan tertampung begitu banyak pelajaran yang mengendap di kepala.

Hubungan antara siswa dan murid hanya sebatas belajar mengajar di sekolah. Ada sekat nyata karena strata sosial. Murid sangat takut pada guru. Kadang ketika bertemu, mereka harus memilih jalan lain dan cenderung menghindari guru. Sikap arogansi kadang terjadi. Saya menemukan perkara ini berkali-kali terutama di desa saya di mana pukulan, tamparan bahkan tindakan kekerasan fisik terjadi. Kondisi yang juga menyulut konflik antar orang tua dan guru. Hubungan yang diharapkan pun tidak pernah terjadi, sehingga murid selamanya terkekang dan merasa terbebani. tak heran jika murid kadang membandel dan minim kreasi akibat tekanan-tekanan tersebut.

sumber : Renstra Kemendibud 2020-2024 
sumber : Renstra Kemendibud 2020-2024 

Polemik-polemik mendasar dari dunia pendidikan tersebut lambat laun mulai teratasi ketika kebijakan kurikulum Merdeka Belajar dicetuskan.  Partisipasi sebagai tongkak utama pendidikan bermutu tinggi,  hasil pembelajaran yang berkualitas, mutu pendidikan merata secara geografis maupun ekonomi, dengan kemajuan arah pendidikan kebudayaan, pemantapan budaya dan karakter bangsa. Dan paling penting ialah pelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa dan penerapan nilai baru kebudayaan global secara positif dan produktif. (Kemendikbud, 2022)

Merdeka belajar kemudian disambut baik oleh guru-guru di pesisir. Ketika sosialisasi yang diterima oleh Faisal dan Pak Fahmi di demonstrasikan di sekolah, harapan akan perubahan pendidikan karakter yang selama ini diharapkan nampak menemukan wadah. Mereka semakin terlejit belajar utamanya mencipatakan suasana belajar yang tidak kaku, tugas berganti proyek bersama, hingga mendesain paradigma belajar satu arah ke paradigma partisipatif dua arah yang lebih paripurna agar mampu  menjelajahi Khsanah pendidikan yang terus berkembang.

Faisal sendiri menangkap makna yang lebih besar yakni,  Memanusiakan Manusia.  Terangkum dalam pilar pilar Pelajar Pancasila (kebinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, mandiri, dan beriman,  bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia). 

Kemendikbud, 2022
Kemendikbud, 2022

Individu dalam dunia pendidikan harus berkembang secara alamiah berdasarkan kebebasan berpikir, bermoral dan berada sosial seuai konteks perkembangan jaman. Karakter yang tumbuh harus selaras dengan kemajuan jaman sehingga melahirkan generasi yang kompeten di masa depan.

Faisal sangat mengedepankan kemerdekaan dan kebebasan berpikir. Itulah yang mendorong pria pemegang Gelar Sarjana Pendidikan dasar ini mendirikan rumah Baca di kampung tahun 2019 silam. Bersama beberapa guru muda bahu membahu membangun melek literasi bagi siswa Sekolah dasar dan  menengah pertama. Mulai dari baca tulis, mengespolorasi minat dalam diri seperti menulis puisi, cerpen, menggambar, dan belajar bahasa inggris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun