Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mancing Oci, Hobi Membawa Rezeki

9 Mei 2023   22:57 Diperbarui: 9 Mei 2023   23:00 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hembusan angin malam begitu pelan merabah badan para pria-pria yang asik melempar pancing. Duduk dan berdiri berbaris-baris di pelabuhan penyebrangan Kapal Ferry. Sesekali terdengar percikan air tanda ikan terkait kail. Perlawanan membikin laut yang teduh tanpa riak bergemuruh. Juga kepakan ikan kehilangan laut diatas jembatan atau di dalam kantong kresek maupun wadah yang bikin bising. canda gurau juga sesekali terlempar menembus keheningan malam. Kemerlip bintang bertaburan di langit menjadi saksi betapa para manusia-manusia hobi mancing ini melempar umpan-umpan memancing ikan oci atau selar kuning.

Juga saya, yang serius melemparkan umpan di ujung jembatan Kapal Penyebrangan Ferry. Pelabuhan milik ASDP. 

" Ikannya makan?" tanya Minces. Teman baik yang aku kenal sebulan ini. Dia baru datang jam 12 malam karena urusan pekerjaan.

Dia dan beberapa orang termaksud ayahnya dan adiknya dikenal sebagai penguasa pelabuhan atau penakluk ikan oci. Saya sebagai pemancing baru di tempat ini awalnya begitu sungkan melibatkan diri.  Saya sering memancing tidak bersama dengan kumpulan para pemancing ini. Sebelum akhirnya persahabatan terjalin dengan erat. Lantaran kehadiran saya tiap malam tak pernah absen. 

 Ikatan pertemanan tidak hanya terjadi lokasi pemancingan yang selalu diisi dengan cerita kehebatan memancing di masa lalu, latar belakang keluarga hingga masalah percintaan. Tetapi lebih dari itu, sampai pada kegiatan sehari-hari.

" Tadi Jam 10 ikannya rakus. Sekarang belum ada sambaran sama sekali," Jawabku.

" Arusnya berubah kali?"

" Iya arusnya berubah ke arah Pulau Maitara. Mungkin sebentar lagi pergerakan arus balik, ikan bakal makan"

" Iya kalau begitu saya mancing dasaran dulu," sahutnya sembari mempersiapkan senar pancing dan umpan cumi yang di pancing ayahnya. 

Minces kemudian melempar umpan lalu duduk bergabung dengan saya yang sedari tadi terus penasaran dengan sambaran ikan. Sejak jam sepuluh malam saya sudah datang. Dan baru menghasilkan lima belas ekor ikan oci dan satu ikan giant travely kecil. Sementara pemancing lain, nampak memanen ikan di atas 50 ekor. Mereka memang datang sebelum matahari Magrib. Di mana ikan sedang rakus-rakusnya.

" Kamu pakai karet pentil warna apa?" tanya Minces sembari mengeluarkan kopi panas yang diisinya dalam Tumbler, menyalin ke gelas pelatik dan menyerahkan kepada saya.

" Pentil Putih,' Ujarku sembari menerima kopi yang diberikan.

" Coba pakai pentil hijau. Kamu potong agak panjang," Sarannya.

Yap memancing oci memiliki beberapa teknik, selain memakai lau atau sabiki, juga digunakan  karet pentil warna-warni. Karet-karet ini dibeli di toko pancing dengan harga dua dua biji seribu rupiah. Kemudian dipotong dengan ujung dilancipkan agar mirip seperti ikan kecil. Umpan ini sangat ampuh digunakan memancing ikan oci.

Tangkapan Layar Youtube Daen Lala
Tangkapan Layar Youtube Daen Lala
*

Dokpri
Dokpri

Pukul satu malam, pergerakan arus mulai berbalik. Para pemancing yang sedari tadi meletakan pancing karena tidak ada pergerakan arus  dengan sekejap melemparkan pancing ke laut.Panen strikepun dimulai . Satu, dua hingga puluhan memenuhi wadah. 

Saya yang juga sedari tadi mengobrol tak tinggal diam. Begitu juga dengan Minces. berdua kami diujung pelabuhan mulai menarik satu persatu ikan. Dalam setengah jam saja saya sudah menarik 30 ekor ikan. Pancing terus dilemparkan sebelum ikan pindah ke lokasi lain. 

Sejam berlalu, ikan tak lagi berhasrat. Kami berdua mengemas perlengkapan dan mengisi ikan yang berserakan di lantai dermaga ke kantong kresek dan menuju arah utara pelabuhan. Gerombolan ikan yang sebelumnya di Selatan telah pindah kesini. Jadilah kami melemparkan umpan. Begitu seterusnya hingga mentari pecah di ufuk cakrawala. Malam itu saya berhasil memancing 65 ekor ikan, sementara Minces hampir 100 ekor.

Saya membawa pulang ikan hasil pancing dan kemudian dibagi ke tetangga dan kenalan. Ikan pancingan bagi saya hanya untuk di konsumsi. sementara bagi pemancing lain seperti Minces, semakin banyak ikan yang terpancing semakin besar pula peluang mereka meraup pundi-pundi rupiah. 

dokpri
dokpri

Minces, ayahnya beserta adiknya membawa hasil pancingan ke pasar tradisional untuk dijajakan. Tugas penjualan dilakukan oleh ibu mereka. ikan tersebut dijual bersadarkan musim. Jika musim paceklik, maka harga ikan sedikit lebih tinggi. Yakni berkisar 20-25 ribu per enam ekor. Jika musim ikan sedang makan maka dijual 10 ribu per tujuh ekor.

Terkadang, mereka tak perlu jauh-jauh membawa ikan ke pasar lantaran banyak tengkulak yang datan langsung membeli. Harganya pun cukup lumayah, per ember cat lima kilo dihargai 100-150 ribu. 

Minces bukan nelayan. Dia adalah buruh bangunan. Demi menambah penghasilan, memaning adalah salah satuna. Baginya itu adalah hobi yang menguntungkan. 

Salah satu yang menjadi kendala juga ialah eksploitasi atau penangkapan menggunakan jaring yang berlebihan. Kondisi yang sering menyebabkan konflik antara pemancing di atas jembatan dan penabur Jala; jaring. Konflik ini bahkan bisa sampai kepada bakupukul. Bagi pemancing yang berada di atas pelabuhan, apa yang dilakukan dapat membuat ikan terjala habis, liar dan ketakutan memasuki spot. sebab dalam sekali jala ditaburkan, ratusan ekor ikan terangkat. 

saya sendiri mengalami tindakan berlebihan itu, seminggu lamanya ikan tak kelihatan. Entah karena terjaring habis atau ikan berpindah spot. Jika sudah begini, seberapa kali pun pancing  di lempar, boncos dibawa pulang.

*

dokpri
dokpri

Memancing Oci memiliki keseruan tersendiri. Hampir di setiap pelabuhan besar maupun kecil di Kota Ternate selalu dipenuhi masrakat yang memancing. Saking banyaknya, telat sedikit tidak dapat tempat di pelabuhan. Selain karena memancingnya yang gampang, bahan-bahan pancingan juga tidak muluk-muluk maupun mahal. Hanya bermodal senar pancing utama, anak senar, pemberat timah bulat, pentil dan kail. Semua bahan itu tak lebih dari lima puluh ribu rupiah. 

Selain hobi, aktivitas satu ini dapat menghilangkan stres, terutama bagi saya yang begitu gila memancing namun selalu dibatasi dengan aktivitas. sementara bagi yang lain, hobi ini membawa rezeki. (sukur dofu-dofu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun