Hujan datang. Membawa serta rindu yang tertantang. Butir demi butir lembut membasahi rerumputan, mengorek dedaunan. Teduh dan menyejukan. Mencipta panggung kesunyian bagi anak manusia menjahit asmara.
Tertaut rindu ku pada mu, bersenandung rinai hujan yang berjatuhan. Kuat dan sangat kuat. Membelah kesunyian. Membelah dada. Â Panggung kerinduan merengsek ke jiwa. Tanpa mengetuk.
"Apakah kau rindu padaku?," lelaki yang mengajakmu berkenalan saat rembulan sedang mekar-mekarnya?. Lelaki yang tak pandai menyusun relief askara keharmonisan?.
Sungguh aku rindu. Panggung kesunyian ini terus mengejek ku. Memerankan dirimu. Persis dan sangat persis. Wajah nan aduhaimu, seperti rembulan menguasai langit. Matamu sempurna bak binar bintang dan bibir tipis nan manis, bak perpaduan keduanya. Â Sangat manis.
Sungguh aku rindu.....padamu... hingga letih pergi bersama hujan yang lelah berdansa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H