Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Jendela Kamar

22 Desember 2022   21:36 Diperbarui: 22 Desember 2022   22:06 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik jendela kamar, saya menangkap betapa ibu-ibu setia mendampingi anak-anaknya bersekolah. Senyum tanda cinta dan kasih sayang sesekali terpancar jelas pada wajah. Anak-anak sesekali menoleh, memperagakan gerakan-gerakan senam. Pada ibu mereka sembari tersenyum. 

Pagi masih teralu dini untuk tubuh yang kelelahan. Kasur empuk yang saya tiduri selama seminggu di Jember ini seakan tak mengizinkan tubuh untuk bangun dan bergerak. Mengikat diri untuk tetap rebahan. 

Dua bulan mengelilingi Pulau Jawa dalam perlajanan riset dengan salah satu kampus di Solo, rupanya telah mencapai titik puncak. Kelelahan.

Di Jember, kelelahan itu mencapai titik nadir. Tidak ingin melakukan apapun lagi. Selain makan dan tidur. Data-data yang terkumpulkan mulai dari Kota Semarang hingga Bali terbiarkan abadi tanpa tersentuu.

Di tengah kemalasan haibat itu, sayup-sayup suara perempuan dan tawa riang anak mendarat di telinga. Semakin menit berjalan, semakin jelas suara-suara itu. Semakin banyak. Anak-anak paling riang suaranya. 

Kemalasan pergi seketika. Walau masih belum bergerak meninggalkan tempat tidur. Saya masih menduga-duga. Apa gerangan keriuhan di luar itu. Sebab, selama seminggu ini tak ada aktivitas berarti. Hanya kesunyian dan hujan yang terus menghantam.

Suara musik senam mulai diputar. Saya benar-benar bangun. Menengok dari balik jendela. melihat aktivitas tersebut.

Dan disinilah saya menangkap betapa pancaran kasih sayang begitu hangat di pagi hari. Anak-anak TK rupa-rupanya sudah kembali aktif belajar.

Sekolah yang tepat berada di depan rumah ini merupakan sebuah yayasan pendidikan anak. Dari mengaji hingga pendidikan formal. Baru diaktifkan tatap muka setelah sekian lama tutup karena pandemi.

Dibalik jendela, saya melihat dua guru  paling sibuk mengatur posisi anak-anak. Sementara anak-anak yang diatur kadang berpindah posisi mendekat ke orang tua yang duduk di depan teras rumah.

Musik dimainkan. Guru memperagakan. Anak-anak mengikuti. Tingkah konyol tertangkap mata. Namun berkali-kali tertangkap pula anak-anak memperagakan sembari menoleh ke orang tua. Bergaya dengan gembira.

Orang tua memperhatikan. Sesekali memanggil anak mereka. Merapikan baju, menyeka keringat hingga menyemangati anak mereka yang cenderung canggung. Semangat terus diberikan hingga senam selesai. 

Ketika anak-anak masuk kelas. Mereka tak lantas pulang. Satu dua diantara mereka mengambil sapu dan membersihkan halaman, musollah hingga kamar mandi. Dan ketika pelajaran selesai, kelas ikut dibersihkan. 

Di pagi hari sering juga tertangkap. Mereka yang datang duluan sudah membersihkan halaman dan ruang kelas. 

Saya menangkap bentuk kasih sayang itu dengan terharu. Betapa terpatri harapan-harapan orang tua kepada anak. Dan betapa orang tua, ibu atau ayah adalah tempat bersandar, berkeluh kesah,  membangun mimpi terbaik.

Ibu sosok  terbaik dalam setiap langkah kehidupan. Telah banyak kisah sukses dalam kehidupan yang dimulai dari kasih sayang seorang ibu. 

Perjuangan demi perjuangan kehidupan dalam membesarkan, mendidik dan menumbuhkan kasih sayang jelas tak terbayarkan dalam bentuk materi apapun. 

Selamat Hari Ibu.  Para pejuang sebenar-benarnya pejuang, hadiah buat hari ibu. (Sukur dofu-dofu)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun