Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Filosofi dan Tutur Lisan Mengundang di Maluku Utara

22 November 2022   15:34 Diperbarui: 23 November 2022   02:17 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi undangan (DOK. Unsplash)

"Budaya dan tradisi selalu berhadapan dengan perkembangan jaman. Kalah, berinovasi atau bertahan"

Perkembangan bisnis digital semakin pesat. Pun dengan pertumbuhan bisnis percetakan undangan, baik undangan cetak hingga undangan digital.

Sebuah peluang bisnis yang tumbuh pesat seiring perkembangan jaman, kebutuhan manusia, konsep dan efisiensi. Kebutuhan akan itu semua telah mendorong berdirinya banyak  jasa-jasa bisnis percetakan undangan. 

Namun dalam gairah itu, keperkasaan budaya dan tradisi tidak sekalipun kalah. Salah satunya, tradisi mengundang tamu, pemuka agama, tokoh adat hingga keluarga di Maluku Utara.

Filosofi dan nilai dari hubungan manusia dan manusia masih terlampau tinggi. Menjadi yang utama dan tak ternilai jika dibandingkan dengan sebuah undangan cetak atau digital yang diterima seseorang. 

***

Mengundang seseorang untuk datang ke acara, apapun hajatan yang diselenggarakan tuan rumah adalah sebuah kemulian dan tak sekalipun hilang dalam tradisi di Indonesia. 

Berbagai cara digunakan, lewat pesan, telepon, hingga lewat undangan cetak maupun digital bahkan lewat medsos.

Dalam ketersediaan dan segala jenis kemudahan itu, di Maluku Utara orang-orang masih masih menjalankan tradisi baik di kota hingga di desa. Yakni, mengundang seseorang langsung dengan mendatangi rumahnya. 

Penamaan proses mengundang ini tidak seragam karena berdasarkan bahasa suku masing-masing, namun yang paling umum menggunakan bahasa Ternate. 

Pun dengan penamaan untuk acara tertentu. Ada perbedaan dalam pengucapan terlepas dari itu, intinya tetap sama. 

Seseorang atau sebuah keluarga yang hendak melakukan hajatan akan mengundang seseorang dengan dua cara, satu lewat undangan cetak atau digital serta mengundang langsung. 

Misalnya acara perkawinan. Undangan cetak diperuntukan bagi teman setiap anggota dalam keluarga, teman sekolah, pergaulan, kantor hingga kenalan. 

Sementara undangan langsung diperuntukan untuk keluarga dekat dengan garis keturunan yang mengikat, seperti pemuka agama, tokoh adat budaya dan para tetua. Proses ini disebut Basiloloa.

Ilustrasi (merdeka.com)
Ilustrasi (merdeka.com)

Basiloloa, tidak memiliki banyak makna dalam setiap proses. Dapat digunakan dalam bermacam-macam tradisi. 

Pada intinya berarti tuturu lisan turun temurun (1). Namun pada intinya, seseorang akan datang ke rumah dan meminta izin menyampaikan langsung sekaligus mengundang orang tersebut agat datang pada acara yang dilakukan.

Bahkan dalam beberapa praktek, misalnya hajatan nikah atau syukuran hingga wisuda. Tuan rumah jauh-jauh hari sebelum hari H sudah mengunjungi kerabat keluarga untuk menyampaikan maksud tersebut.

Proses itu dilakukan agar yang diundang mengetahui lebih dulu. Sehingga pada hari H atau sebelumnya sudah datang untuk membantu mempersiapkan segalanya. 

Secara makna adalah upaya untuk menghormati keluarga, bahkan garis keturunan yang sama. Menghargai proses kehidupan yang muda dan yang tua.

Ada beberapa perbedaan juga dalam proses ini. Biasanya ada pembeda, terutama bagi para tetua atau sesepu. Mereka biasanya diundang dengan tugas tersendiri, yakni  memimpin pengajian lamaran, membawa pengajian, atau membawa acara adat yang masih diingat prosesnya.

Sementara bagi keluarga yang lain semisal adik atau kakak, diundang untuk membantu menyiapkan perkara hajatan.

Perkara kadang muncul jika tuan rumah lupa melakukan siloloa kepada keluarga atau kerabat dekat lain karena diliputi kesibukan. Perkara itu ialah merasa tidak dihargai karena tidak diberitahukan. 

Bukan apa-apa, melainkan kebersamaan dalam proses ini menjadi sangat penting. Dengan diundang atau diberitahukan bisa saja mereka dapat datang untuk sekedar bertemu keluarga-keluarga lain, berbagi cerita hingga saling membantu.

Basiloloa ini berlaku bagi acara-acara semisal kawinan, hingga pengajian. Berbeda dengan mengundang hajatan Tahlilan atau baca doa selamatan.

Proses mengundang disebut dengan Bakoro, koro; undang atau mengundang. Ba secara haria bergerak atau seseorang yang bergerak dan melakukan. Koro ialah mengundang. Secara eksplisit seseorang yang bergerak mengundang.

Prosesnya pun berbeda. Jika Siloloa biasanya dilakukan sendiri oleh tuan rumah, maka bakoro diwakili oleh seseorang yang diberi amanah. Biasanya anak muda atau remaja masjid.

Di kampung saya, di suku Makian, banyak dilakukan oleh badan sara atau pengurus masjid.

Tuan rumah akan memeberikan amanah kepada seseorang untuk melakukan koro. Biasanya selektif siapa-siapa yang diundang. Sesuai dengan kondisi hajatan. 

Dalam acara tahlilan misalnya, di Maluku Utara dikenal dengan hari-hari. Ganjil dan genap. Selama tujuh atau sembilan hari tergantung suku apa dan kepercayaannya.

Tahililan hari genap biasanya hanya mengundang orang tertentu untuk melakukan pengajian. Sementara hari ganjil yakni malam ke lima dan tujuh atau sembilan biasanya yang diundang semakin banyak.

Seseorang yang diberi amanah biasanya sudah tau tugasnya. Ia akan meluangkan waktu utamanya pada sore hari jika tahlilan atau pengajian dilakukan malam hari. 

Segala kegiatan ditingalkan. Setelah sholat Asar, ia akan berkeliling dari rumah ke rumah sesuai tujuan tuan rumah siapa yang diundang.

Dalam proses ini, ada etika yang dijunjung. Seorang pengundang tidak bisa berpakaian compang camping atau seadanya. Ia harus mandi, berdandan rapi, mengenakan celana panjang dan kameja hingga kopiah sebagai penutup kepala.

Ketika mengetuk atau menemui seseorang yang hendak diundang, adab dan tata bicara juga harus sesuai. Semisal salam dan salaman, pembukaan sampai menyampaikan tujuan dan pamit.

Undangan yang berhalangan hadir juga akan menyampaikan salam kepada pemilik rumah dengan bahasa dan sopan santun.

Tugasnya tidak selesai di situ. Ketika jam acara beberapa saat akan  dimulai misalnya jam 8. Maka tuan rumah akan mengingatkan agar ia stand by.

Di sini ada proses bernama sidola atau menemui kembali untuk mengingatkan. Ini dilakukan agar yang diundang tidak lupa.

Si pengundang akan melihat lebih dulu siapa yang sudah datang. Kekurangan yang belum datang itu utamanya sesepuh inti, akan langsung dijemput ke rumah. 

Sidola ini juga berlaku untuk Siloloa. Maksud dan tujuannya tetap sama. Mengingatkan.

Bagi saya yang kadang juga menjadi andalan melakukan koro ketika berada di kampung, tradisi ini memiliki filosofi yang dalam. Yakni, menghargai dan memuliakan sesama manusia. Baik tetangga hingga keluarha jauh.

Hubungan manusia dalam kehidupan begitu sangat kompleks. Namun tradisi mempunyai jawaban-jawaban bagaimana membangun dan menguatkan hubungan. 

Baik kota atau pun desa di Maluku Utara, tradisi ini masih sangat melekat kuat. Walau berbagai kemudahan mengundang orang sudah tersedia. Sebab, nilai dari tradisi ini jauh lebih tinggi yakni keihlasan, penghargaan, penghormatan kepada sesama.

Sukur dofu-dofu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun