Sarif berada diantara tokoh terkemuka di Kota Ternate. Penampilannya biasa saja. Namun melihatnya dari jauh, orang sudah pasti mengenalnya dengan sangat gampang.
Begitupun dengan saya, mengenalnya ketika sama-sama menempuh pendidikan Strata Dua di Institut pertanian Bogor tahun 2016 silam.
Fisiknya kecil, namun pemahaman dan motivasinya melakukan perubahan patut diacungi jempol. Sebab, semenjak kembali menimbah Ilmu di Institut Pertanian Bogor, Sarif yang juga berprofesi sebagai Dosen di Fakultas Pertanian Universitas Khairun Ternate ini menjadi sosok yang sangat aktif mengkampanyekan potensi desanya.
Bacarita Kampong pada tahun 2020, awal Sarif melibatkan diri dalam kampanye pariwisata desanya, Kelurahan Kulaba. Pertemuan perdana itu, Sarif di dapuk menjadi pembicara sebagai pemuda asli desanya. Keterwakilan pemuda desa Kulaba.
Potensi desa yang belum optimal dimanfaatkan membuatnya ambil bagian dalam gerakan perubahan. Harapannya, perekonomian desa utamanya “bibi-bibi” dengan UKM rumahan mampu tumbuh pesat. Pariwisata berkelanjutan dan unik menjadi jawabannya. Sebab, selama besar dan tumbuh di Kulaba, potensi pariwisata belum terkelola dengan baik, sistematis, terkonsep dan berkelajutan.
Potensi desa sebagai berkah wilayah pesisir yakni pantai Kulaba, ikon terkenal desa tak cukup memberikan andil bagi ekonomi warga desa. Proses pengelolaan masih biasa saja. Sarif ingin potensi lain dikembangkan yaitu Batu Angus. Anugerah dari Tuhan bernama geologi. Bekas Lava letusan Gunung Merapi Gamalama, Kota Ternate.
Batu Batu Angus adalah batu yang mengeras akibat lelehan Lava gunung api. . Fenomena ini diketahui terjadi sejak tahun 1737, yang kemudian membentuk Batu Angus di Kulaba. Kemudian tahun 1763 membentuk Batu Angus di Tubo Tugurara, dan tahun 1907 membentuk Batu Angus di belakang Bandara Sultan Babullah hingga Tarau, Kecamatan Ternate Utara.(baca Kompas).
Penelitan Awal et.,al (2020) dengan judul "The Phenomenon of existence Batu Angus on the Eastern Slopes of Mount Gamalama Ternate island North Maluku, Mengungkapkan Gunung Gamalama mengalami beberapa kali letusan. Mulai dari tahun 1538, kemudian tahun 1687, pada tahun 1772, dan tahun 1775 . Pada tahun 1839 dan 1843, 1864. Satuan Sedimen Batu Angus Gunung Gamalama terjadi pada tahun 1907.
Batu Angus merupakan berkah bagi Kota Ternate. Batu yang terbentang dari kaki Gunung Gamalama hingga ke pesisir sebelah utara kota, Kulaba, Bula dan Sango ini sampai ke pantai. Memberikan manfaat ekonomi salah satunya di sektor pembangunan.
Di Kota Ternate, seratus persen pembangunan menggunakan Batu Angus sebagai bahan fondasi utama. Batu ini di pecah oleh penambang batu sejak lama dan tidak ada habisnya.
Keunikan ini membuatnya menjadi wisata favorit dan sering di kunjungi warga setiap akhir pekan. Jaraknya hanya 10 KM dari pusat kota dan dapat ditempuh memakai kendaraan roda dua dan empat. Jalanan menuju kawasan wisata Desa Ramah Kendaraan Bermotor. Akses jalan utama menyusuri pinggiran pantai Kota Ternate.
Panoramanya menarik wisatawan berkunjung. Di sini, kita dapat menikmati indahnya alam Batu Angus dengan latar Gunung Gamalama dan menikmati birunya laut. Namun, sekedar wisata tanpa mengetahui sisi sejarah terbentuknya batuan ini adalah dilema utamanya bagi Sarif, dan pihak yang terlibat.
Kesempatan terbuka lebar ketika kajian Pemerintah Daerah Kota Ternate tahun 2019 yang menggandeng akademisi di Perguruan Tinggi menkaji potensi. Dari hasil itu, lahirlah benih awal, Bacarita Kampong. Hingga gebrakan digalakan oleh Pemuda Desa Kulaba bekerjasama dengan beberapa komunitas kemudian lahir gerakan Parwisata Geopark Batu Angus.
Potensi itu terus berkembang dan antusiansme masyarakat Kulaba, pemerintah kota serta komunitas dari Geopark lokal menjadi Geopark Nasional. Usaha ini sedang berjalan dan digadang bakal menerima status itu bulan ini.
Sarif sendiri di dapuk menjadi Koordinator Pemuda Kulaba. Salah satu dari beberapa tokoh pemuda, akademisi dan komunitas di Kota Ternate yang aktif melakukan kampanye Geowisata ini.
Sejak saat itu, walau di tengah hantaman Pandemi Covid, tak surut niat melakukan berbagai kegiatan guna mengenalkan dan menguatkan konsep parawisata Geologi. Berbagai Festival Kreatif lokal dilakukan.
Dalam mengalakan kegiatan promosi Geowisata Batu angus, Sarif mengedepankan peran pemuda sebagai point. Pandangannya sederhana, pemuda adalah jiwa-jiwa muda yang punya inovasi dan kreativitas tinggi sebagai Gen Kreatif.
Berlahan gerakan yang dilakukan memberikan dampak. Batu Angus Kulaba kemudian dikenal sebagai wisata Geologi. Antusiasme masyarakat berlahan tumbuh dan turut serta dalam setiap perhelatan yang dilakukan di kawasan Geopark. Mereka bahu membahu melakukan perbaikan-perbaikan fasilitas.
Empat Tahun lalu, sebelum kampanye wisata geologi gencar dilakukan, kondisi infrastruktur masih sangat tidak mendukung. Bahkan untuk masuk kedalam saja, butuh perjuangan.
Kini berubah. Jalan masuk kedalam menonjolkan Desa Wisata Ramah Berkendara. Pemda menyediakan fasilitas pendukung yakni, pedestrian, pusat kuliner, sarana ibadah, pusat cinderamata, panggung pentas, Gajebo, spot foto, kamar kecil dan jajajan makanan oleh penduduk lokal sudah sangat mudah ditemukan.
Lalu berapa biaya untuk masuk dan menikmati ini semua? hanya Rp.10.000 saja.
Gerakan Perubahan lewat Festival Kreatif Lokal
inovatif dan kreatif.
Bacarita Kampung kemudian menjadi benih perubahan. Sarif dan pemuda menangkap peluang bahwa Batu Angus bakal berkembang lebih baik dan menjadi pariwisata yang mendatangkan keuntungan ekonomi warga desa. Maka di mulai gerakanKegiatan pertama ialah Festival Kreatif menggunakan anggaran "patungan" dan menggandeng beberapa komunitas di Kota Ternate. Menampilkan sisi literasi dan budaya seperti tari lokal.
Gerakan lima hari itu sukses. Pemda lewat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang awalnya hanya melakukan kajian potensi, tertarik. Titik itulah yang menjadi awal Batu Angus menjadi "Wisata GeoPark".
Konsep itu kuat dalam tiga pilar, edukasi, ekonomi kreatif dan konservasi. Sarif ambil bagian dari edukasi dan konservasi.
Tak berhenti di situ, Sarif bersama pemuda dan masyarakat menggalakan Festival Kreatif Lokal yang lebih besar yakni Pekan Seni dan budaya yang diadakan setiap Minggu.
Kegiatan itu menampilkan tarian Soya-Soya , Lalayon, Permainan Bambu Gila, pembacaan karya-karya dan literasi lokal. Produk-produk UMKM dari warga dan pemuda juga ambil bagian.
Pemerintah daerah sendiri berharap pemuda Kulaba melakukan kegiatan setiap minggu. Sehingga, event tersebut masuk dalam kalender tahunan. Tujuannya, ketika masyarakat ingin menonton pertunjukan seni dan budaya mereka punya referensi waktu yang tepat.
Festival Kreatf Lokal selanjutnya ialah Mini Festival Kulaba Tempo Dulu, selama lima hari. Kemudian, Festibal Kreatif Lokal Pameran Diorama Kulaba Berbalut Festival Mari Moku. Bertujuan mengenalkan kehidupan masyarakat Kulaba dan sekitarnya dibalud dengan adat dan budaya.
Festival kreatif Lokal Desa Durian Kulaba. Sebuah kegiatan yang memanfaatkan kearifan lokal pertanian di Kulaba.
Semua Fesstival Kreatif Lokal itu kata Sarif dihadapi penuh tantangan utamanya fasilitas dan anggaran. Namun setelah masif dilakukan pemuda dan warga Kulaba, fasilitas penunjang akhirnya di bangun pemerintah yakni panggung pentas seni dan fasilitas lain.
Pada 2020-2022, demi mendukung gerakan yang dilakukan oleh masyarakat, Pemkot Ternate juga melakukan pelatihan ekonomi kreatif. Ibu-ibu di Kulaba dilatih melakukan pengelolaan sampah menjadi produk-produk bermanfaat dan edukasi pengelolaan edukasi sampah.
Potensi kolaborasi Adira Finance Terbuka Lebar
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Uno dalam kunjungan ke Batu Angus sangat antusias dengan potensi Geopark Batu Angus serta kearifan lokal yang menonjol.
Sandiaga pun mendorong dan mendukung penuh menjadi Geowisata Nasional sebagai wisata sejarah terkemuka. Tentu dalam konteks tersebut dukungan semua pihak sangat diperlukan.
Menurut Sandiaga Uno, perlu adanya kolaborasi, inovasi dari keterlibatan dunia usaha dalam membangun pariwisata bersama-sama menjadi wisata andalan. Analisisnya, wisata Geopark Batu Angus bakal memberikan dampak ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. (2)
Kolaborasi masih menjadi bagian yang belum maksimal tersentuh, begitu penuturan Sarif Robo. Sarif mengungkapkan selama ini, kegiatan yang digagas oleh pemuda Kulaba maupun beberapa komunitas utamanya hanya didukung oleh Pemerintah Kota dan patungan dari masyarakat.
Belum ada dukungan penuh secara finansial, sistem, dan terbaharukan. Apalagi berkelanjutan. Ia kuatir potensi ini jadi sia-sia jika tak ada dukungan swasta. Sebab sudah pengalaman pariwisata dibangun saat momen.
Paraiwisata berkelanjutan menjadi point penting agar apa yang digagas Sarif dan berbagai kalangan tidak berhenti hanya satu atau dua tahun kedepan.
Potensi kolaborasi ini dapat menjadi kesempatan bagi Adira Finance yang belakangan gencar membangun desa wisata ramah kendaraan adira.id/e/fkl2022-blogger. Apalagi kerjasama Kemenpraf dan Adira Finance sangat nyata dalam membangun pariwisata pasca pandemi.
Suksesnya Festival Kreatif Lokal (FKL), salah satu program untuk memulihkan ekonomi Indonesia melalui sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, di mana salah satu programnya komunitas Adira Finance akan melakukan eksplor potensi wisata dibeberapa wilayah yang ada di Indonesia menjadi harapan terutama bagi Geopark Batu Angus.
Apalagi Desa Kulaba dengan Geopark Batu angusnya sudah memiliki berbagai Fasilitas Desa Wisata Ramah Berkendara.
Adira Finance menjadi harapan Sarif agar dapat melirik Geopark Batu Angus untuk dikembangkan menjadi Desa Wisata Ramah Berkendara namun berkelanjutan dengan berbagai Festival Kreatif Lokal dan mendukung peningkatan ekonomi lokal
Sarif bercanda sembari menantang, tim ekspoler potensi wisata Adira Finance agar mampir dan main ke Geopark Batu Angus Kulaba. Sarif sendiri yang bakal menyeduh kopi untuk mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H